Minggu, 15 Januari 2017

TOPENG MALANG DAN WARGA KEDUNGMONGGO PAKISAJI MALANG (KAJIAN ETNOGRAFI)

  TOPENG MALANG DAN WARGA KEDUNGMONGGO PAKISAJI MALANG
(KAJIAN ETNOGRAFI)
Oleh Sekar Rizqy A.R (1401405027)



Kedungmonggo merupakan suatu nama dusun di wilayah Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Terletak kurang lebih 11 km dari pusat Kota Malang. Di dusun inilah tradisi topeng malangan masih dipertahankan dan dikembangkan hingga saat ini. Sehingga dusun ini dikenal sebagai desa para seniman wayang Topeng Malangan dan seniman pengrajin topeng malangan. Di sini terdapat padepokan Topeng Malangan yakni Asmoro Bangun yang menjadi wadah para seniman tersebut untuk terus menjaga kesenian dan kebudayaan asli Malang ini. Sanggar atau padepokan yang dibangun pada tahun 1982 ini menjadi bukti bahwa warga Kedungmonggo ingin tetap mempertahankan kebudayaan yang mereka milik. Tidak hanya mengajak warga setempat untuk mempertahankan kebudayaan ini, namun juga mulai mengajak masyarakat dari luar wilayah untuk mengenal dan mengerti tentang topeng malangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertunjukan rutin yang mereka gelar di padepokan sekaligus juga pelatihan kelas tari topeng dan kelas pembuatan topeng.
Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun di daerah Pakisaji Malang

Dalam pementasannya Topeng Malangan mengisahkan tentang cerita Panji yang mengembara untuk mencari istrinya. Dalam pengembaraannya tersebut, Panji banyak mempelajari tentang kehidupan melalui masyarakat yang ia jumpai, ia banyak belajar tentang bagaimana menjalani kehidupan tersebut dengan baik dan benar, mengingat Panji adalah seorang tokoh yang nantinya akan dinobatkan menjadi seorang Raja, maka pelajaran kehidupan itu menjadi hal penting baginya. Namun menurut narasumber selain belajar tentang kehidupan, Panji juga mengajarkan tentang beberapa aspek dalam kehidupan. Seperti dalam satu babak terdapat cerita yang menggambarkan tentang bagaimana cara mengairi sawah dan bagaimana cara mengatur sistem pengairan dengan baik.
Topeng Malang sendiri terdapat 76 jenis topeng yang masing-masing menggambarkan 1 tokoh. Dalam pementasan biasanya dibutuhkan sekitar kurang lebih 20-25 topeng, dimana 1 orang bisa menjadi 3 sampai 4 tokoh sekaligus. 76 karakter tokoh tadi dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yakni tokoh baik atau protagonist, tokoh jahat atau antagonis, tokoh abdi atau pembantu dan tokoh binatang. 
Beberapa jenis tokoh di topeng Malangan


Tiap-tiap tokoh memiliki ciri atau bentuk tersendiri dalam penggambarannya di topeng. Tokoh baik yang merupakan perwakilan dari tokoh Panji sebagai lakon utama, memiliki bentuk topeng seperti manusia, mulai dari penggambaran matanya yang seperti manusia, ekspresinya yang tersenyum dan tidak memiliki taring. Selain itu ragam hias pada topeng yang menggunakan bunga, daun dan sulur-suluran pada bagian depan topeng juga menjadi salah satu ciri yang digunakan pada topeng dengan lakon baik. Penggunaan ragam hias tersebut pada tokoh baik, karena bunga dianggap sebagai lambang kebaikan sekaligus keindahan.
Topeng Panji 

 Sedangkan untuk tokoh antagonis yang dalam hal ini merupakan perwakilan dari tokoh sabrang, memiliki ciri seperti mata yang bulat dan besar, mempunyai taring dan ekspresi wajah yang menyeramkan. Selain itu ragam hias yang digunakan bila pada tokoh protagonist menggunakan bunga lain halnya dengan antagonis, ragam hias pada tokoh antagonis menggunakan simbol binatang pada bagian sampingnya. Binatang digunakan sebagai ragam hias pada tokoh antagonis karena binatang merupakan simbol kekuatan. Apabila binatang ingin mendapatkan sesuatu maka ia akan mengandalkan kekuatannya saja tanpa mengandalkan yang lain. Sehingga hal ini menjadi suatu gambaran bahwa tokoh antagonis sama saja dengan binatang yang mencapai sesuatu hanya mengandalkan kekuatannya saja tanpa menggunakan akal pikirnya, sehingga segala cara akan ditempuh tidak peduli apakah itu cara yang salah atau tidak dalam mencapai tujuan tersebut. 
Tokoh Sabrang
  
Topeng Tokoh Sabrang dan Tokoh Abdi


Kemudian pada tokoh abdi atau pembantu dicirikan dengan ekspresi muka yang lucu, dan tidak memiliki ragam hias, karena tokoh abdi biasanya menjadi lakon lawak atau lucu dalam cerita. Sedangkan tokoh binatang merupakan tokoh pelengkap pada suatu cerita, sehingga bentuk dan ragam hiasnya juga tidak sedetail dan tidak punya makna tersendiri seperti pada topeng kelompok tokoh lainnya.
Selain pada bentuk dan ekspresi muka serta ragam hias, terdapat juga pewarnaan pada topeng yang mempunyai arti tersendiri pada masing-masing warnanya. Terdapat 5 warna dasar yang digunakan dalam Topeng Malang. Warna tersebut yaitu putih, kuning, hijau, hitam dan merah. Warna putih berarti melambangkan suci dan setia, kemudian kuning melambangkan ceria dan kesenangan, hijau berarti kedamaian dan kesuburan, hitam melambangkan kebijaksanaan dan merah melambangkan keberanian. Selain itu ada warna emas dan biru, dimana emas memiliki arti yang sama dengan putih, sedangkan warna biru memiliki arti yang sama dengan warna hitam. Warna-warna dasar yang digunakan pada topeng merupakan warna penentu suatu tokoh. Misalkan tokoh Panji Asmoro Bangun harus menggunakan warna hijau, apabila menggunakan warna yang lain maka topeng tersebut bukanlah menjadi tokoh Panji Asmoro Bangun lagi. Namun tokoh antagonis dan protagonist tidak bisa ditentukan dari warna dasar topeng, melainkan dengan melihat bentuk topeng yang sudah dijelaskan sebelumnya.
membuat topeng malangan
Apakah ada topeng khusus yang disakralkan dalam topeng malangan?, menurut Pak Handoyo selaku narasumber dan juga sekaligus pemilik padepokan mengatakan bahwa tidak ada topeng yang secara khusus disakralkan. Namun “topeng khusus” yang menggunakan bahan yang berbeda dari biasanya itu ada. Biasanya topeng malangan dibuat menggunakan bahan baku kayu sengon. Namun untuk topeng khusus ini beliau menggunakan kayu yang berasal dari pohon yang dipercaya warga keramat. Terdapat 10-12 topeng yang menggunakan bahan special ini. Topeng ini dipercaya mudah dimasuki oleh roh leluhur saat dilakukan pementasan, sehingga menimbulkan efek yang lebih dramatis atau kharisma pengguna menjadi lebih terpancar saat digunakan.
Pak Handoyo pemilik padepokan Asmoro Bangun

Pementasan tari topeng malangan sendiri mempunyai waktu tertentu. Pertama pada bulan suro dan merupakan waktu paling sakral untuk melakukan pementasan, karena pada waktu tersebut merupakan hari pertama dalam penanggalan kalender Jawa sehingga pementasan ini dianggap sebagai pengawal hari atau pembuka tahun yang baru. Kedua dilakukan rutin setiap minggu kliwon. Kenapa minggu kliwon?, karena warga percaya bahwa pada hari tersebut merupakan hari dimana dibukanya lahan perkampungan Kedungmonggo oleh leluhur mereka pada jaman dahulu. Untuk durasi pementasannya sendiri terdapat perubahan seiring dengan perkembangan jaman, apabila dulu dipentaskan semalam suntuk, satu episode lakon cerita langsung dihabiskan pada saat itu juga, untuk saat ini pementasan hanya berlangsung selama dua jam, sehingga satu episode lakon cerita bisa dipecah dalam beberapa babak dan bisa untuk pementasan beberapa kali. Sebelum dilakukan pementasan terdapat ritual yang harus dilakukan apabila pementasan tersebut menggunakan alur cerita. Ritual yang ada menurut narasumber tidak terlalu rumit, hanya menghaturkan beberapa sesajen sebagai syarat untuk memanggil roh leluhur. Namun apabila pementasan tersebut hanya berupa penggambaran tokoh maka tidak perlu dilakukan ritual tersebut.
Panggung pementasan tari topeng di dusun Kedungmonggo

Tari Topeng Malang sendiri dipercaya berfungsi sebagai media untuk memanggil roh leluhur. Roh leluhur dipercaya akan ikut bermain dalam pementasan tersebut, akan tetapi tidak sampai membuat sang penari mengalami trans hanya saja membuat aura yang berbeda dan lebih hidup, dan membuat sang penari lebih menjiwai pada peran yang ia mainkan. Leluhur yang datang tersebut akan menyampaikan contoh perbuatan baik dalam alur cerita yang ada. Sehingga pementasan topeng malang ini juga menjadi suatu media penyampai pesan leluhur pada generasi penerusnya. Pementasan rutin yang dilakukan setiap minggu kliwon tersebut juga dianggap oleh warga sebagai upaya “bersih desa”. Sehingga ada atau tidak ada penonton, pementasan tetap dilaksanakan. Menurut narasumber beliau percaya bahwa pementasan gebyar atau pementasan rutin ini juga diperuntukkan bagi makhluk di dunia lain atau dalam hal ini adalah leluhur mereka. Dengan tetap diadakannya pementasan gebyar ini secara rutin, warga beranggapan bahwa ini adalah bentuk terimakasih mereka ke leluhur yang sudah membuka lahan perkampungan di wilayah ini, sehingga dengan begitu tercipta hubungan timbal balik antara mereka dengan leluhur sehingga mereka percaya bahwa leluhur bisa melindungi kampung mereka dari musibah. Sehingga tari topeng malangan ini juga dipercaya sebagai penolak bala oleh warga setempat.



7 komentar:

  1. Terima kasih Sekar atas informasinya, ternyata banyak sekali jenis-jenis topeng Malangnya. Semoga ke depannya bisa disempurnakan lagi:)

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas infonya sekar banyak sekali info yang menarik dan bagus
    Mau nanya sedikit sekar ini nama pertunjukkannya apa ya?, lalu untuk orang yang melakukan pementasannya ada kriteria nya gak?, itu saja terimakasih

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. apakah seni topeng ini merupakan kebudayaan asli malang atau ada percampuran budaya luar?

    BalasHapus
  5. Terima kasih informasinya, sangat menarik.

    Untuk para pemeran lakon malangan yang menggunakan Topeng Malangan tersebut apakah ada orang-orang khusus dengan syarat khusus ataukah bisa siapa saja memerankan dan menggunakan topeng tersebut asalkan sudah berlatih/terlatih sebelumnya, ya?

    BalasHapus
  6. halooo terimakasih atas komen, saran dan pertanyaan yg sudah masuk :)
    disini saya sekalian menjawab beberapa pertanyaan yg sudah kalian ajukan ya :)
    untuk pertanyaan dari rizby nama pertunjukannya sendiri sebenarnya ya topeng malangan itu namun istilah untuk pementasan rutin oleh warga setempat disebut pementasan gebyar. Lalu untuk pertanyaan kedua dari rizby hampir sama dengan pertanyaan deban, langsung saya jawab bersamaan ya :)
    siapa saja yg memerankan dan apakah ada kriteria khusus atau tidak, menurut info dari sumber, yg penting mereka memang sudah paham dan bisa menarikannya maka sudah bisa untuk mementaskannya, jadi tidak ada kriteria khusus yg harus dipenuhi. Hanya saja untuk penggunaan topeng2 khusus yg sempat saya singgung itu memang tidak semua orang bisa memakainya, hanya yg dianggap kemampuan menarinya sudah memadai atau lebih diantara yg lain yg bisa memakai topeng itu.
    untuk pertanyaannya husein, apakah ada kebudayaan luar yg mencampuri? saya rasa tidak, mengingat dari segi cerita yg digunakanpun merupakan cerita asli dari Indonesia tentang tokoh panji, dan menurut narasumber dari segi bentuk topeng dan hiasannya juga tidak menggunakan campuran dari budaya lain.
    sekian jawaban dari saya teman temaann, kalau masih ada yg mau ditanyakan lagi silakan ya :)

    BalasHapus
  7. Mantap!
    Terima kasih informasinya, kar ;)

    BalasHapus