Sabtu, 14 Januari 2017

Makna Filosofis Kain Gringsing Bagi Masyarakat Bali Aga di Tenganan Pegringsingan Kajian Etnografi

Makna Filosofis  Kain Gringsing Bagi Masyarakat Bali Aga Di Tenganan Pegringsingan Kajian Etnografi

Bella Fresti Widiyanti
1401405002
Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya

Abstrak
Indonesia merupakan negara multikultural yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beranekaragam. Setiap Etnis memiliki budaya dan tradisi yang berbeda. Dari budaya dan tradisi inilah suatu suku bangsa menghasilkan produk kebudayaan. Kain Gringsing merupakan sebuah hasil produk kearifan lokal masyarakat Bali Aga di Tenganan Pegringsingan. Menurut orang Tenganan, kain Gringsing diwariskan secara turun temurun dan kain Gringsing merupakan salah satu kain termahal di Indonesia, sehingga terkenal keseluruh dunia. Objek dari penelitian ini adalah Masyarakat Bali Aga di desa Tenganan Pegringsingan yang menjadi pelaku kebudayaan yaitu pembuat sekaligus pemakai kain Gringsing. Tujuan dari penelitian ini adakah untuk mengetahui makna filosofis dari keberadaan kain gringsing bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan dengan kajian etnografi.
Kata kunci       : Masyarakat Bali Aga di desa Tenganan Pegringsingan, Kain Gringsing, makna filosofis kain Gringsing.

LATAR BELAKANG
Pada masyarakat Bali terdapat sebutan masyarakat Bali Aga, Bali Aga merupakan sebutan untuk masyarakat keturunan Bali asli yang belum mendapat pengaruh dari Majapahit. Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa kuno yang didiami masyarakat Bali Aga. Menurut masyarakat Tenganan, sistem pemerintahan desa Tenganan Pegringsingan diatur dalam aweg-aweg desa yang harus di taati oleh semua masyarakat. Isi dari Aweg-aweg tersebut mengatur tentang kehidupan manusia sesuai konsep Tri Hita Karana, sehingga dalam masyarakat terdapat keselarasan dan keharmonisan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam serta hubungan antara manusia dan manusia lainnya.
Menurut ibu Suastika, masyarakat Tenganan Pegringsing adalah masyarakat yang memiliki budaya dan tradisi yang memiliki nilai keluarbiasaan dan setiap tradisi yang dilakukan mengandung makna filosofis kehidupan yang mendalam. Budaya masyarakat Tenganan Pegringsing yang terkenal adalah budaya membuat kain Gringsing dan tradisi penggunaan kain Gringsing pada setiap upacara adat maupun upacara keagamaan.

PEMBAHASAN
Masyarakat Bali Aga percaya bahwa kain Gringsing memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi orang-orang yang memakainya dari sakit. Gringsing berasal dari kata gring yang artinya sakit dan sing yang artinya tidak. Jadi gringsing berarti ‘tidak sakit’ atau terhindar dari sakit. Kain Gringsing mengandung makna sebagai  penolak bala yaitu mengusir penyakit yang bersifat jasmani maupun rohani.
Pada setiap upacara adat maupun upacara keagamaan, masyarakat Tenganan mengenakan kain Gringsing. Karena fungsi dan makna kain  begitu penting dalam kehidupan masyarakat Tenganan, kain gringsing menjadi cerminan perjalanan kehidupan masyarakat Tenganan Pegringsingan. Bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan, kain Gringsing memiliki nilai sakral yang dijadikan sebagai penolak bala serta sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah mewariskan budaya kain tersebut.
Kain Gringsing memiliki tiga komponen warna yaitu kuning, merah dan hitam. Semua teknik pewarnaan dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan hasil alam disekitar desa Tenganan Pegringsingan. Warna kuning didapatkan dari percampuran minyak kemiri, warna merah didapatkan dari kulit kayu mengkudu serta warna hitam didapatkan dari percampuran daun indogi yang menghasilkan warna biru dan dicampurkan dengan warna merah.
Menurut bapak Kelian adat desa Tenganan, adanya tiga warna tersebut memiliki makna filosofis bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Karena masyarakat mempercayai apapun yang ada didunia ini memiliki makna dan tujuan penciptaan tersendiri, sama seperti kain Gringsing yang memiliki makna penting bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Warna kuning pada kain Gringsing melambangkan angin yang mengandung oksigen untuk kehidupan manusia, jadi alam raya yang banyak menghasilkan oksigen dari tubuhannya harus dijaga dengan baik untuk kelangsungan hidup umat manusia. Warna merah melambangkan api yang merupakan panas bumi yang memberi energi dan kehidupan dimuka bumi. Warna hitam melambangkan air yang memberi penghidupan untuk seluruh makhluk dimuka bumi.
Selain simbol dan pemaknaan kain sebagai angin, api dan air. Masyarakat Tenganan Pegringsingan meyakini bahawa warna pada kain Gringsing menyimbolkan Tri murti dalam agama Hindu. Warna Merah melambangkan brahma sebagai pencipta, warna hitam melambangkan wisnu sebagai pemelihara dan warna merah melambangkan Siwa sebagai pelebur. Di harapkan orang-orang yang mengenakan kain Gringsing selalu mengingat dan memposisikan tuhan sebagai prioritas utama didalam dirinya serta selalu bersifat rendah hati karena manusia hanyalah komponen kecil dari penciptaan semesta. 
Menurut Ibu Suarjana, secara keseluruhan kain Gringsing memiliki 25 motiv. Beberapa diantaranya adalah
1.    Lubeng
2.      Cecempegan
3. Cemplong
4. Teteledan
5. Batur Tuwung
6. Dingding Ai
7. Kesitan Pedag
8. Cakra
9. Enjekan Siap
10. Pepare
11. Gegonggangan
12. Patlikur isi
13. Wayang Putri
14. wayang kebo
15. Wayang Candi
16. Putri Dedari
17. Dingding Sigading
18. Prembon
19. Tali Dandan
20. dll


Dari motif-motif tersebut menggambarkan tentang alam, tumbuhan, atribut dewa, penokohan wayang dan hewan. Bagi Masyarakat Tenganan Pegringsingan tidak ada makna spesifik terkait motif-motif dari kain Gringsing tersebut. Namun ada hal yang lebih penting dari kain Gringsing yaitu sebuah Maha karya yang indah dibalik keterbatasan dan kesederhanaan para leluhur dimasa lalu. Masyarakat Gringsing mempercayai bahwa mempertahankan dan melestarikan kain Gringsing merupakan salah satu bentuk penghormatan agung kepada leluhur. Bentuk penghormatan tersebut mereka wujudkan dengan mewajibkan pengenaan kain Gringsing pada setiap upacara adat maupun keagamaan. Serta masyarakat Tenganan Pegringsingan meyakini bahwa pemahaman makna filosofis yang mendalam dari masyarakat menjadikan masyarakat Tenganan Pegringsingan selalu berupaya menjaga kelarasan hidup untuk mencapai kebahagiaan sesuai konsep Tri Hita Karana.




7 komentar:

  1. Terima kasih informasinya bella :) mau nanya dong, selain mengandung makna tri hita karana , ada gak makna lain dari kain gringsing itu ?

    BalasHapus
  2. hai bel, mau nanya terkait pemakaiannya apakah kain gringsing ini hanya di pakai pada acara adat tertentu saja atau bisa dipakai sehari-hari? makasi

    BalasHapus
  3. makasih pertanyaannya asta dan tika

    asta : masyarakat Tenganan mempercayai bahwa kain gringsing merupkan kain penolak bala agar terhindar dari sakit. untuk konsep tri Hita karana yang dimaksudkan disini adalah perwujudan/simbol tri Hita Karana yang diwujudkan dalam sebuah hasil karya yaitu kain.orang Tenganan pegringsingan adalah masyarakat yang selalu memegang teguh Tri Hita Karana, karena mereka meyakini bahwa menjaga keseimbangan dan hubungan hidup merupakan sebuah cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman. baik di dunia maupun di alam lain setelah meninggal. makna lain dari kain gringsing merupkan sebuah identitas dan kearifan lokal masyarakat tenganan Pegringsingan, orang tenganan sangat bangga ketika mengenakan kain gringsing. proses pembuatan kain yang lama dan teknik pembuatan kain yang rumit menjadikan masyarakat sangat kagum dan bangga pada leluhur mereka.

    atika: bagi masyarakat Tenganan kain gringsing hanya digunakan pada saat upacara adat dan upacara keagamaan saja. jadi tidak sembarang hari mereka mengenakannya. dan penggunaan kain gringsing ini wajib dikenakan oleh seluruh masyarakat desa tenganan Pegringsingan dari balita hingga orang dewasa.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Dalam penulisan tersebut apakah ada tinggalan kain geringsing tertua¬¬?, selain itu adakah pergeseran makna yang terjadi pada perkembangan kain tenganan tersebut?, disamping itu ada berapa motif kain tenganan yang anda ketahui dan apakah semua motif tersebut memiliki nilai sakral?

    BalasHapus
  6. bela, dalam makna filosofis kain grinsing ditenganan selain untuk penolak bala, makna dari tri hita karana dan sebagai penghormatan kepada leluhur yang mewarisi budaya kain tersebut,
    apakah ada makna lain atau makna tertentu dalam kain grinsing tersebut?

    BalasHapus
  7. kak Topiq : karena keterbatasan penulis dalam menghimpun data, untuk kain tertua saya kurang mengetahui keberadaannya. sekedar informasi kak, kain yang saya pakek umurnya udah ratusan tahun loh. hehehe. kain itu sudah diwariskan pada beberapa keturunan.
    sampai saat ini, dalam masyarakat tenganan khususnya, kain gringsing merupakan kain sakral yang hanya bisa dikenakan pada saat saat tertentu saja. namu akibat dijadikannya desa tenganan sebagai desa wisata, kain gringsing kini memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat tenganan. dulu, orang tenganan membuat kain gringsing hanya untuk dipakai sendiri sebagai pakaian wajib upacara, namun sekarang kain gringsi juga diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
    menurut orang tenganan, jumlah motiv keseluruhan 25 namun jenis-jenis yang dapat saya ketahui hanya 19 buah. data tersebut saya dapatkan dari beberapa narasumber. bagi masyarakat tenganan, motiv apapun pada kain gringsing adalah bernilai sakral. karena pada dasarnya kain gringsing merupakan kain yang yang disakralkan bagi masyarakat tenganan pegringsingan.

    mbok lisa : tidak menutup kemungkin masih ada makna-makna lain dari kain tersebut. nakun karena keterbatasan waktu penelitian dan ini merupakan tahap pembelajaran saya, mungkin baru segitu saya bisa menyampaikan kak. karena data yang saya dapatkan baru sampai sana. mungkin perlu kajian lanjutan.

    BalasHapus