Senin, 09 Januari 2017

Pemanfaatan Kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan



Pemanfaatan Kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan
(Studi Etnoarkeologi)

M Rian Indra Eftritianto
1401405011
Desa Tenganan Pegringsingan adalah salah satu Desa Bali Aga yang mempunyai adat istiadat yang memegang teguh nilai-nilai yang merupakan warisan budaya asli Bali dan menyatu dengan kepercayaan nenek moyang serta nilai agama Hindu yang mereka anut.
Keberadaan kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan bisa di bilang masyarakat banyak tidak tauh asal hewan kerbau itu dari mana dikarenakan tidak ada bukti fisik seperti prasasti atau buku yang mencatat secara sejarah awal keberadaan kerbau-kerbau tersebut, tetapi dari cerita turun-temurun, ,menurut I Putu Yudiana, ST seorang Jero Kubayaan Desa ngis, bahwa kerbau-kerbau yang saat ini ada di Desa Tenganan Pengringsingan berasal dari Desa Ngis, kerbau-kerbau di peliharan di Desa Ngisi oleh jero Mangku Puseh (tidak diketahui secara pasti namanya). Menurut kepercayaan setempat, jero mangku dipercaya untuk memilihara kerbau-kerbau tersebut karena masyarakat meyakinin kerbau-kerbau tersebut merupakan kerbau-kerbau suci yang harus dipelihara oleh orang-orang suci seperti pemangku, suatu ketika kerbau-kerbau tersebut datang lebih sore dari pada biasanya, Jero Mangku Puseh akhirnya memarahi, memukul, dan mencacimaki kerbau-kerbau tersebut. Akhirnya kerbau-kerbau tersebut mengalami stress (ngambul) meninggalkan kandang yang di di buat oleh Jero Mangku Puseh, sepanjang hari  kerbau-kerabu tersebut tetap menyusuri hutan dan mulai tinggal bebas hutan. Semakin hari, semakin jahu pengembaraan kerbau-kerbau tesebut. Hingga suatu ketika kerbau-kerbau itu melwati bukit kemudian sampai di desa Tenganan Pengringsingan.

Kerbau-kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan dianggap sebagai kerbau suci, karena kesuciannya maka tidak ada masyarakat memperlakukannya semena-mena, tidak berani mengusik keberadaannya, dan paling terpenting adalah tidak memotongnya untuk dikonsumsi, terkecuali untuk kepentingan agama. Masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan sendiri menggunakan kerbau hanya pada pesangkepan saat sasih sambah, yaitu pada rangkaian Upacara Megeret Pandan. Pada upacara ini kerbau dipotong dan dagingnya digunakan untuk sesaji, pembagian kerbau sendiri harus melalu Struktrur Organisasi Krama Desa Tenganan Pegringsingan sebagai berikut :

Struktur Organisasi Krama Desa Tenganan Pegringsingan


7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Apa makna dari pemotongan kerbau pada upacara Mageret Pandan di Desa Tenganan?

    BalasHapus
  3. baik terimah kasih.
    makna dari pemotongan kerbau pada upacara mageret pandan di desa tenganan ini sendiri merupakan rangkaian acara mageret pandan sendiri, jadi maknanya bisa di bilang untuk memberihkan sesembah kepada para leluhur dan menjaga desa dari hal yang tidak di inginkan.
    terimah kasih

    BalasHapus
  4. Tulisannya sudah baik mas Ri Eftritianto, tapi saya ingin bertanya sedikit nih. Ada tidak jenis kerbau yang khusus untuk di jadikan sebagai upacara Magaret Pandan di sana?

    BalasHapus
  5. Baik terimah kasih, atas pertanyaanya. Kalo jenis
    Kerbau yang khusus di saat upacara magaret pandan gak ada mbak. Semuanya sama saja.
    Trimah kasih mbak

    BalasHapus
  6. Baik terimah kasih, atas pertanyaanya. Kalo jenis
    Kerbau yang khusus di saat upacara magaret pandan gak ada mbak. Semuanya sama saja.
    Trimah kasih mbak

    BalasHapus
  7. Menarik sekali info nya un, untuk kerbau yang dikorbankan sebagai sesembahan tersebut, pembagian daging kerbau itu sendiri adakah kesamaan dengan pembagian hewan kurban pada agama islam? Terima kasih

    BalasHapus