Pola Pemukiman Pada Desa Adat
Penglipuran
Oleh : Ramzy Rabany (1401405037)
PENDAHULUAN
1.
1
LATAR
BELAKANG
Panglipuran
merupakan salah satu desa adat di bali yang
masih mempertahankan unsur tradisional. Hal ini dibuktikan dengan tata
letak desa yang masih menerapkan konsep tri hita karana. Tata letak desa
panglipuran ini sangat dipengaruhi filosofi dari agama hindu yang dianutnya.
Akibatnya falsafah hidup masyarakat panglipuran yang didasarkan atas agama
hindu yang terdiri dari tattwa, susila,
upacara ini menjadi dasar bagi masyarakat panglipuran khususnya dalam
memanfaatkan ruang untuk kehidupan mereka.
Bertolak
dari hal ini filosofi masyarakat panglipuran tersebut merupakan suatu rangkaian
dalam desain arsitektur dan lingkungan. Desain arsitektur maupun lingkungannya
merupakan perpaduan antara unsur makrokosmis dan mikrokosmis. Hal ini menjadi
menarik karena terdapat perpaduan yang harmonis antara unsur alam semesta dan
nilai religiusitas. Yang mana nilai-nilai religius merupakan unsur utama dalam
membangun suatu desa tradisional.
1.
2
RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana
pola ruang desa adat panglipuran?
b) Bagaimana
pengaruh konsep tri hita karana dalam pola ruang desa adat panglipuran?
1.
3
TUJUAN PENELITIAN
a) Mendeskripsikan
pola ruang desa adat panglipuran
b) Membedah
bagaimana pengaruh kosep tri hita karana dalam tata ruang desa adat panglipuran
PEMBAHASAN
2.1 POLA PEMUKIMAN DESA ADAT
PANGLIPURAN
Desa panglipuran merupakan desa tradisional di Bali
dengan ciri khasnya melestarikan rumah adatnya yang sekarang lebih banyak
dikenal sebagai desa wisata. Masyarakat desa penglipuran mengakui bahwa nenek
moyang mereka berasal dari desa Bayung Gede, Kintamani. Penduduk dari desa Kubu
yang mondok dan bercampur dengan penduduk dari desa Bayung Gede tersebut,
membentuk suatu pola menetap yang kecil dan diberi nama Penglipuran.
Desa Penglipuran merupakan desa adat yang
perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan Bali Mula, yaitu
sebagai kebudayaan awal terlahirnya kebudayaan Bali. Memasuki jaman Bali
Age, kebudayaan dikembangkan dengan membentuk benda-benda dan dalam suatu
susunan yang harmonis dalam fungsinya menjaga keseimbangan manusia dengan alam
lingkungannya.
Pemukiman Desa Penglipuran
berorientasi ke gunung “Kaja” dan ke laut “Kelod” yang membentuk pola linier
yang membagi hunian menjadi dua bagian. Pola masa desa Penglipuran yang linier
mengikuti arah mata angin utara – selatan.
Sebagai penanda orientasi hulu
“Kaja” tengah dan teben “kelod”. Atau analogi tubuh manusia yang disebut yang disebut Tri angga, yaitu kepala, badan
dan kaki yang sekaligus menjadi tata nilai utama, madya dan nista yang
kebetulan terbentuk pada desa Penglipuran yang notabene termasuk peninggalan
jaman Bali Age yang berpolakan gunung dan laut.
Pola rumah didesa adat panglipuran
ini mempunyai struktur rumah berderet tanpa adanya tembok pembatas antara rumah
yang satu dengan yang lainnya
Penekanan Utama dalam Konsep Arsitektur Tradisional Bali
adalah Tri Hita Karana yaitu menggabungkan antara konsep Bhuana Agung
(Makrokosmos) dengan Bhuana Alit (Mikrokosmos) sebagai suatu pendekatan dalam
tata ruang yang kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam penataan ruang
di Bali
Nilai ruang utama pada sumbu bumi berada pada daerah utara
(gunung) dan nilai ruang nista pada daerah selatan (laut), sedangkan nilai
ruang utama pada sumbu religi berada pada daerah timur (matahari terbit) dan
nilai ruang nista berada pada daerah barat (matahari terbenam). Akibat dari penerapan konsep sumbu bumi dan
sumbu matahari pada tatanan permukiman desa adat nya, maka morfologi Desa Adat
Penglipuran berbentuk linear dengan jalan
·
Pola
Pemukiman Desa Adat Penglipuran berbentuk linier dengan sistem pembagian Tata
Ruang horizontal bersumbu gunung dan laut dengan orientasi arah mata angin
dengan sumbu Utara (Kaja) atau Gunung dan sumbu Selatan (Kelod) atau Laut.
·
Pola
tersebut membagi desa dalam tiga bagian sesuai dengan Konsep TRI MANDALA yaitu,
a. Utama Mandala
Orang Penglipuran biasa menyebutnya
sebagai Utama Mandala , yang biasa diartikan sebagai tempat suci. Ditempat
inilah orang-orang Penglipuran melakukan kegiatan sembahyang.
b. Madya Mandala
Biasanya adalah berupa pemukiman
penduduk yang berbanjar sepanjang jalan utama desa. Barisan itu berjejer
menghadap kearah barat dan timur. Saat ini jumlah rumah yang ada disana ada
sebanyak 70 buah. Tata ruang pemukimannya sendiri adalah sebelah utara atau
timur adalah purakeluarga yang telah diaben. Sedangkan Madya Mandala adalah
rumah keluarga. Di tiap rumah pun terdapat tata ruang yang telah diatur oleh
adat. Tata ruang nya adalah sebelah utara dijadikan sebagai tempat tidur,
tengah digunakan sebagi tempat keluarga sedangkan sebelah timur dijadikan
sebagai tempat pembuangan atau MCK. Dan bagian nista dari pekarangan biasanya
berupa jemuran, garasi dan tempat penyimpanan kayu.
c. Nista Mandala
Nista mandala ini adalah tempat yang
paling buruk, disana terdapat kuburan dari masyarakat penglipuran.
Konsep tri mandala tidak hanya berlaku bagi tata ruang desa
tetapi juga bagi tata ruang rumah hunian. Setiap kapling rumah warga
Penglipuran terbagi menjadi tiga bagian. Di halaman depan, terdapat bangunan
angkul-angkul dan ruang kosong yang disebut natah; bagian tengah adalah tempat
berkumpulnya keluarga; dan di bagian paling belakang erdapat toilet, tempat
jemuran, atau kandang ternak.
. Beberapa
Konsepsi dan filosofi dari pola pemukiman desa Penglipuran :
•
Konsep Tat Twam Asi, memandang
keragaman dalam suatu kesetaraan & terhadap sesama manusia &
lingkungannya.
•
Konsep Rwa Bhineda, memberikan
orientasi yang berlawanan seperti Luan – Teben (Hulu - Hilir), Kaja – Kelod (Utara-Selatan),
dan juga Sakral – Profan (Baik-Buruk)
•
Konsep Bhuana Agung – Bhuana Alit, Bhuana
Agung ( Macrocosmos ) merupakan alam jagat raya berserta isinya, Bhuana Alit
(Microcosmos ) dianalogkan sebagai fisik manusia.
•
Konsep Desa, Kala, Patra, Diartikan
sebagai Ruang, Waktu dan Situasi atau Tempat, Periode dan Kondisi
•
Konsep Manik Ring Cacupu, Karya
Arsitektur haruslah menyikapi alam beserta isinya untuk mampu bertahan &
mencapai keharmonisan.
· Konsep
Tri Mandala, memberikan
orientasi vertical “ Utama, Madya, Nista”
•
Konsep Nawa Sanga, memberikan
kekuatan symbol pada struktur yang menggambarkan adanya pola struktur dan
keterikatan antara komponen struktur.
KESIMPULAN
Desa
adat penglipuran memiliki pola pemukiman yang cukup unik yaitu berupa pola
pemukiman yang linier dengan system tata ruang horizontal yang berorientasi
pada gunung dan laut sesuai dengan arah mata angin dengan bersumbu utara kearah
gunung (Kaja) dan sumbu selatan kearah laut (Kelod) , dengan adanya sumbu utara
– selatan dengan pola linier yang berfungsi sebagai ruang terbuka bagi
masayarakat penglipuran yang biasa digunakan sebagai kegiatan bersama, maka
orientasi timur (Kangin) dan barat (Kauh) digunakan sebagai pemukiman
masyarakat desa, dengan struktur rumah berderet tanpa adanya tembok pembatas
antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Konsep "Tri Mandala"
diterapkan di desa ini, yang membagi desa menjadi tiga bagian utama. Bagian
paling suci adalah "Utama Mandala" yang terletak di bagian Utara desa
di mana tempat suci berada, bagian kedua disebut "Madya Mandala" di
mana penduduk desa hidup dan melakukan kegiatan mereka, dan bagian terakhir
adalah "Nista Mandala" di mana kuburan berada.
Lampiran
Orientasi ke arah selatan |
Pura, orientasi ke arah utara |
orientasi barat-timur (kauh-kangin) |
tulisan ini merupakan hasil wawancara dari Bapak Nyoman selaku pemilik rumah
hai ramzy, pembahasan yg kamu tulis sudah cukup jelas dan panjang lebar, sehingga menarik untuk dibaca, namun ada satu hal yg ingin saya tanyakan. apakah ada hukuman tersendiri bagi suatu rumah atau bangunan yg tidak menganut sistem-sistem yg tertulis diatas?
BalasHapusramcuk, apakah pola pemukiman yang memiliki konsep tri mandala tersebut mempengaruhi stratifikasi sosial?
BalasHapuskira-kira apa yang melatar belakangi sehingga proses tata letak desa penglipuran berorientasi pada gunung dan laut?
BalasHapusHallo ramzy, terima kasih informasinya ya. Sangat menarik dan memberi manfaat bagi siapapun yang membaca. Tapi ada hal yang saya mau tanyakan berdasarkan penjelasan di atas yang menyatakan antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak memiliki pembatas. Apa yang menjadikan tiap rumah tersebut tidak diberi pembatas? Tolong dijelaskan alasannya ya.
BalasHapusUntuk ramzy mungkin bisa di jawab dulu pertanyaan dari us, dari saya sendiri juga masih bingung terkait hal itu 😀
BalasHapus