GENDANG BELEQ DALAM TRADISI SUKU
SASAK
(Studi Etnografi)
Oleh:
Ni Made Chandri Aryawati
(1401405007)
Program Studi Arkeologi, Universitas Udayana
A.
Pendahuluan
Pulau
Lombok adalah bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berada di antara
pulau Bali dan pulau Sumbawa. Pulau Lombok merupakan salah satu bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dihuni oleh masyarakat suku Sasak
sebagai suku asli pulau ini. Keberadaan dari masyarakat suku Sasak tersebut,
tentu saja memiliki budaya yang berbeda dengan suku bangsa lainnya. Salah satu
warisan budaya yang dimiliki dan masih dilestarikan hingga kini oleh masyarakat
suku Sasak adalah kesenian Gendang Beleq.
Adapun kesenian Gendang Beleq
memiliki makna yang begitu penting dan melekat bagi masyarakat suku Sasak dalam
keberlangsungan tradisinya. Berbagai upaya dilakukan untuk tetap menjaga
keberadaan dari kesenian ini agar tidak mengalami kepunahan atau bahkan diklaim
sebagai kekayaan budaya bangsa lain.
Melalui studi etnografi ini, penulis
ingin mengulas tentang kesenian gendang beleq yang dimiliki oleh suku Sasak
sebagai suku asli pulau Lombok. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keunikan
yang dimiliki dari kesenian ini sehingga masyarakat secara luas dapat
mengetahui salah satu kesenian yang dimiliki oleh suku Sasak ini. Dalam tulisan
ini pula, penulis menguraikan kesenian gendang
beleq bagi masyarakat suku Sasak berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh penulis.
B.
Pembahasan
Gendang Beleq merupakan alat musik
tradisional yang berasal dari pulau Lombok. Gendang
beleq dalam bahasa Sasak berasal dari kata gendang berarti kendang atau gendang dan beleq yang berarti besar. Jadi, gendang beleq memiliki arti sebagai
gendang besar yang digunakan oleh suku Sasak pada tradisi masyarakanya. Terdapat berbagai versi asal gendang beleq. Peda
versi pertama disebutkan bahwa seni gendang
beleq merupakan seni tradisional Sasak yang terkena pengaruh kebudayaan
Bali, hal tersebut dilihat berdasarkan kain kotak-kotak hitam-putih, tutup
kepala, dan cara menggunakan kain yang mirip dengan berpakaian laki-laki Bali.
Sehingga diperkirakan keberadaan kesenian gendang
beleq ini telah ada sejak abad ke-17 bersamaan dengan pengaruh Kerajaan
Karangasem yang mendiami pulau Lombok pada masa itu. Sedangkan pada versi
kedua, dikatakan bahwa kesenian gendang
beleq merupakan kesenian asli pulau Lombok yang berasal dari Lombok Timur.
Hal tersebut didasari oleh tidak adanya penggunaan gendang besar tersebut pada
kesenian music tradisional yang ada di Bali. Namun terlepas dari kedua versi
tersebut, kesenian ini mendarah daging bagi masyarakat suku Sasak dan masih
dipertahankan hingga kini serta menjadi ikon pulau Lombok.
Gendang beleq juga memiliki penyebutan yang beraneka ragam.
Seperti di daerah narmada yang menyebut istilah gendang beleq dengan kedodoh,
di Lombok Utara disebut kecodak, di
Lombok Tengah menyebutnya dengan oncer,
sementara di Lombok Timur menyebutnya dengan tanda mendet, dan penyebutan gendang
beleq sendiri biasa digunakan di Lombok Barat. Dari kesemua cara penyebutan
istilah gendang beleq tersebut
merujuk pada satu benda yang sama, yaitu alat musik tradisional berbentuk
gendang besar yang yang dimainkan dengan cara ditabuh bersamaan dengan
instrumen alat musik tradisional lainnya.
Pada umumnya, satu kelompok gendang beleq saat memainkan kesenian ini, secara bersamaan
menggunakan alat-alat musik tradisional lainnya. Adapun alat musik tradisional
lainnya yang digunakan adalah gendang
beleq yang berjumlah 2 buah (gendang
mame dan gendang nine), oncer minimal berjumlah 1 buah, reyong atau yang dikenal juga dengan kenong berjumlah 2 set, ketuk minimal 1 buah, ceng-ceng atau cemprang minimal berjumlah 5 buah, dan seruling yang berjumlah 2
buah. Dalam penyajian kesenian ini, biasanya juga diiringi dengan tarian yang
diperankan oleh beberapa penari perempuan. Pertunjukkan gendang beleq ini ditampilkan dengan penuh suka cita dan dimainkan
secara padu antara penabuh yang satu dengan lainnya. Sebelum dimulainya pertunjukan
gendang beleq ini, diawali dengan pemeras oleh salah satu penabuh atau sekaa yang bertujuam untuk kelancaran
pementasan (Harun, 40th).
Pada mulanya, kesenian gendang beleq ini memiliki makna penyemangat untuk mengiringi para
prajurit perang yang hendak berjuang ke medan perang. Suara dari paduan gendang beleq dan beberapa alat musik
tradisional ini diyakini dapat menambah semangat dan keberanian para prajurit
untuk bertempur. Selain untuk melepas para prajurit ke medan perang, gendang beleq juga digunakan untuk
menyambut para prajurit yang telah kembali dari medan perang sebagai tanda
kemenangan. Namun, seiring dengan berjalannya
waktu dan perkembangan zaman, gendang
beleq digunakan sebagai pengiring dari keberlangsungan upacara adat maupun
pada acara ceremonial untuk menyambut
para tamu undangan. Secara filosofis, gendang
beleq merupakan jati diri dan jiwa kepahlawanan masyarakat Sasak.
Dalam tradisi suku Sasak, gendang beleq dapat ditemui saat pelaksanaan upacara adat merariq (upacara pernikahan), yakni pada
saat nyongkolan atau sorong serah, saat khitanan, saat silaturahmi pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad Saw,
dan tradisi lainnya di pulau Lombok. Selain saat pelaksanaan upacara adat,
pertunjukan gendang beleq juga dapat
dijumpai saat penyambutan tamu, festival budaya dan pada kegiatan-kegiatan
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Harun yang merupakan seniman
dan pemilik Sanggar Seni Tari dan Musik Budaya Pelangi tersebut memaparkan
bahwa apabila dikaitkan dengan agama, penggunaan gendang beleq tersebut bersifat sunah
atau tidak wajib namun memang dalam pelaksanaan upacara adat tertentu,
masyarakat Sasak tetap menggunakan gendang beleq sebagai pengiring dari
upacara adat masyarakat suku Sasak tersebut. Dijelaskan pula bahwa perbedaan
antara gending atau tabuh gendang beleq yang ada di Lombok Timur masih
sangat kental, sedangkan gending yang
berkembang di daerah Mataram telah mengalami perkembangan yang lebih variatif
namun tetap mempertahankan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun.
Sumber Tulisan:
Hasil
wawancara dengan Seniman Gendang Beleq
sekaligus pemilik Sanggar Seni Tari dan Musik Budaya Pelangi, Bapak Harun.
Taufan, Naniek.
2012. Tradisi Dalam Siklus Hidup
Masyarakat Sasak, Samawa dan Mbojo. Bima: Museum Kebudayaan Samparaja
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197607312001121-ADE_SUTISNA/Tinjauan_Ringkas_Etnografi_Sebagai_Metode_Penelitian_Kualita.pdf diakses tanggal 29 Desember 2016 pukul 23:57
WITA
http://www.kompasiana.com/pancanugraha/kantun-dua-dekade-menekuni-gendang-beleq_550197bea33311a872513910
diakses tanggal 30 Desember 2016 pukul 12:03 WITA
http://lendangnangkatour.blogspot.co.id/2010/08/gendang-beleq-genderang-semangat-lombok.html
diakses pada tanggal 11 Januari 2017 pukul 21:08
https://www.kaskus.co.id/thread/53a9733331e2e6950b8b45b3/gendang-beleq---musik-perang-khas-suku-sasak-lombok/
diakses pada tanggal 11 Januari 2017 pukul 21:10
Terima Kasih, tulisan ini sudah memberikan informasi yang cukup bagi saya sebagai pembaca. Namun ada sedikit yang ingin saya tanyakan. Seperti yang dijelaskan diatas, gendang beleq memiliki penyebutan yang berbeda di setiap wilayah. Dari perbedaan penyebutan tersebut apakah ada perbedaan pula dari gaya kesenian dan motif gendang beleq itu sendiri di setiap wilayahnya? Mohon dijelaskan! Terima kasih
BalasHapusHallo, Huda! Terima kasih telah membaca tulisan saya :)
Hapusjadi sebenarnya selain perbedaan dari penyebutan gendang beleq sebagai salah satu kesenian yang dimiliki oleh suku Sasak, terpadat pula perbedaan lainnya seperti perbedaan laras atau gending atau musik dari gendang beleq. Seperti misalnya di Lombok Timur yang musiknya masih sangat kental, sedangkan di Kota Mataram sudah lebih variatif seiring perkembangan zaman. Hal tersebut dijelaskan oleh Pak Harun selaku narasumber ketika saya melakukan wawancara. Mungkin sekian jawaban saya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ohya bisa dibaca lebih jelasnya lagi di atas :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushai saudara chandri, saya ingin bertanya. apakah ada bukti lain yg menguatkan argumen bahwa seni gendang beleq ini berasal dari bali selain penggunaan kain kotak kotak hitam putih? seperti tulisan atau prasasti?
BalasHapus