Makna Filosofis
Kain Gringsing Bagi Masyarakat Bali Aga Di Tenganan Pegringsingan Kajian
Etnografi
Bella Fresti
Widiyanti
1401405002
Arkeologi,
Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
Indonesia
merupakan negara multikultural yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beranekaragam. Setiap Etnis memiliki
budaya dan tradisi yang berbeda. Dari budaya dan tradisi inilah suatu suku
bangsa menghasilkan produk kebudayaan. Kain Gringsing merupakan sebuah hasil
produk kearifan lokal masyarakat Bali Aga di Tenganan Pegringsingan. Menurut
orang Tenganan, kain Gringsing diwariskan secara turun temurun dan kain Gringsing
merupakan salah satu kain termahal di Indonesia, sehingga terkenal keseluruh
dunia. Objek dari penelitian ini adalah Masyarakat Bali Aga di desa Tenganan
Pegringsingan yang menjadi pelaku kebudayaan yaitu pembuat sekaligus pemakai
kain Gringsing. Tujuan dari penelitian ini adakah untuk mengetahui makna
filosofis dari keberadaan kain gringsing bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan
dengan kajian etnografi.
Kata kunci : Masyarakat Bali Aga di
desa Tenganan Pegringsingan, Kain
Gringsing, makna filosofis kain Gringsing.
LATAR BELAKANG
Pada
masyarakat Bali terdapat sebutan masyarakat Bali Aga, Bali Aga merupakan
sebutan untuk masyarakat keturunan Bali asli yang belum mendapat pengaruh dari
Majapahit. Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa kuno yang
didiami masyarakat Bali Aga. Menurut masyarakat Tenganan, sistem pemerintahan
desa Tenganan Pegringsingan diatur dalam aweg-aweg desa yang harus di taati
oleh semua masyarakat. Isi dari Aweg-aweg tersebut mengatur tentang kehidupan
manusia sesuai konsep Tri Hita Karana, sehingga dalam masyarakat terdapat
keselarasan dan keharmonisan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan alam serta hubungan antara manusia dan manusia lainnya.
Menurut ibu Suastika,
masyarakat Tenganan Pegringsing adalah masyarakat yang memiliki budaya dan
tradisi yang memiliki nilai keluarbiasaan dan setiap tradisi yang dilakukan
mengandung makna filosofis kehidupan yang mendalam. Budaya masyarakat Tenganan
Pegringsing yang terkenal adalah budaya membuat kain Gringsing dan tradisi
penggunaan kain Gringsing pada setiap upacara adat maupun upacara keagamaan.
PEMBAHASAN
Masyarakat Bali Aga percaya bahwa
kain Gringsing memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi
orang-orang yang memakainya dari sakit. Gringsing berasal dari kata gring
yang artinya sakit dan sing yang artinya tidak. Jadi gringsing berarti
‘tidak sakit’ atau terhindar dari sakit. Kain Gringsing mengandung
makna sebagai penolak bala yaitu mengusir penyakit yang bersifat jasmani maupun rohani.
Pada setiap upacara adat maupun upacara keagamaan, masyarakat Tenganan mengenakan kain Gringsing. Karena fungsi
dan makna kain begitu penting dalam kehidupan masyarakat Tenganan, kain
gringsing menjadi cerminan perjalanan kehidupan masyarakat Tenganan
Pegringsingan. Bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan, kain Gringsing memiliki
nilai sakral yang dijadikan sebagai penolak bala serta sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur yang telah mewariskan budaya kain tersebut.
Kain Gringsing memiliki tiga
komponen warna yaitu kuning, merah dan hitam. Semua teknik pewarnaan dilakukan
secara tradisional dengan memanfaatkan hasil alam disekitar desa Tenganan
Pegringsingan. Warna kuning didapatkan dari percampuran minyak kemiri, warna
merah didapatkan dari kulit kayu mengkudu serta warna hitam didapatkan dari
percampuran daun indogi yang menghasilkan warna biru dan dicampurkan dengan
warna merah.
Menurut bapak Kelian adat desa
Tenganan, adanya tiga warna tersebut memiliki makna filosofis bagi masyarakat
Tenganan Pegringsingan. Karena masyarakat mempercayai apapun yang ada didunia
ini memiliki makna dan tujuan penciptaan tersendiri, sama seperti kain
Gringsing yang memiliki makna penting bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan.
Warna kuning pada kain Gringsing melambangkan angin yang mengandung oksigen
untuk kehidupan manusia, jadi alam raya yang banyak menghasilkan oksigen dari
tubuhannya harus dijaga dengan baik untuk kelangsungan hidup umat manusia. Warna
merah melambangkan api yang merupakan panas bumi yang memberi energi dan kehidupan
dimuka bumi. Warna hitam melambangkan air yang memberi penghidupan untuk
seluruh makhluk dimuka bumi.
Selain simbol dan pemaknaan kain
sebagai angin, api dan air. Masyarakat Tenganan Pegringsingan meyakini bahawa warna
pada kain Gringsing menyimbolkan Tri murti dalam agama Hindu. Warna Merah
melambangkan brahma sebagai pencipta, warna hitam melambangkan wisnu sebagai
pemelihara dan warna merah melambangkan Siwa sebagai pelebur. Di harapkan
orang-orang yang mengenakan kain Gringsing selalu mengingat dan memposisikan
tuhan sebagai prioritas utama didalam dirinya serta selalu bersifat rendah hati
karena manusia hanyalah komponen kecil dari penciptaan semesta.
Menurut Ibu Suarjana, secara
keseluruhan kain Gringsing memiliki 25 motiv. Beberapa diantaranya adalah
1.
Lubeng
|
2.
Cecempegan
|
3. Cemplong
|
4. Teteledan
|
5. Batur Tuwung
|
6. Dingding Ai
|
7. Kesitan Pedag
|
8. Cakra
|
9. Enjekan Siap
|
10. Pepare
|
11. Gegonggangan
|
12. Patlikur isi
|
13. Wayang Putri
|
14. wayang kebo
|
15. Wayang Candi
|
16. Putri Dedari
|
17. Dingding Sigading
|
18. Prembon
|
19. Tali Dandan
|
20. dll
|
Dari motif-motif tersebut
menggambarkan tentang alam, tumbuhan, atribut dewa, penokohan wayang dan hewan.
Bagi Masyarakat Tenganan Pegringsingan tidak ada makna spesifik terkait
motif-motif dari kain Gringsing tersebut. Namun ada hal yang lebih penting dari
kain Gringsing yaitu sebuah Maha karya yang indah dibalik keterbatasan dan
kesederhanaan para leluhur dimasa lalu. Masyarakat Gringsing mempercayai bahwa
mempertahankan dan melestarikan kain Gringsing merupakan salah satu bentuk
penghormatan agung kepada leluhur. Bentuk penghormatan tersebut mereka wujudkan
dengan mewajibkan pengenaan kain Gringsing pada setiap upacara adat maupun
keagamaan. Serta masyarakat Tenganan Pegringsingan meyakini bahwa pemahaman
makna filosofis yang mendalam dari masyarakat menjadikan masyarakat Tenganan
Pegringsingan selalu berupaya menjaga kelarasan hidup untuk mencapai
kebahagiaan sesuai konsep Tri Hita Karana.
Terima kasih informasinya bella :) mau nanya dong, selain mengandung makna tri hita karana , ada gak makna lain dari kain gringsing itu ?
BalasHapushai bel, mau nanya terkait pemakaiannya apakah kain gringsing ini hanya di pakai pada acara adat tertentu saja atau bisa dipakai sehari-hari? makasi
BalasHapusmakasih pertanyaannya asta dan tika
BalasHapusasta : masyarakat Tenganan mempercayai bahwa kain gringsing merupkan kain penolak bala agar terhindar dari sakit. untuk konsep tri Hita karana yang dimaksudkan disini adalah perwujudan/simbol tri Hita Karana yang diwujudkan dalam sebuah hasil karya yaitu kain.orang Tenganan pegringsingan adalah masyarakat yang selalu memegang teguh Tri Hita Karana, karena mereka meyakini bahwa menjaga keseimbangan dan hubungan hidup merupakan sebuah cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman. baik di dunia maupun di alam lain setelah meninggal. makna lain dari kain gringsing merupkan sebuah identitas dan kearifan lokal masyarakat tenganan Pegringsingan, orang tenganan sangat bangga ketika mengenakan kain gringsing. proses pembuatan kain yang lama dan teknik pembuatan kain yang rumit menjadikan masyarakat sangat kagum dan bangga pada leluhur mereka.
atika: bagi masyarakat Tenganan kain gringsing hanya digunakan pada saat upacara adat dan upacara keagamaan saja. jadi tidak sembarang hari mereka mengenakannya. dan penggunaan kain gringsing ini wajib dikenakan oleh seluruh masyarakat desa tenganan Pegringsingan dari balita hingga orang dewasa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDalam penulisan tersebut apakah ada tinggalan kain geringsing tertua¬¬?, selain itu adakah pergeseran makna yang terjadi pada perkembangan kain tenganan tersebut?, disamping itu ada berapa motif kain tenganan yang anda ketahui dan apakah semua motif tersebut memiliki nilai sakral?
BalasHapusbela, dalam makna filosofis kain grinsing ditenganan selain untuk penolak bala, makna dari tri hita karana dan sebagai penghormatan kepada leluhur yang mewarisi budaya kain tersebut,
BalasHapusapakah ada makna lain atau makna tertentu dalam kain grinsing tersebut?
kak Topiq : karena keterbatasan penulis dalam menghimpun data, untuk kain tertua saya kurang mengetahui keberadaannya. sekedar informasi kak, kain yang saya pakek umurnya udah ratusan tahun loh. hehehe. kain itu sudah diwariskan pada beberapa keturunan.
BalasHapussampai saat ini, dalam masyarakat tenganan khususnya, kain gringsing merupakan kain sakral yang hanya bisa dikenakan pada saat saat tertentu saja. namu akibat dijadikannya desa tenganan sebagai desa wisata, kain gringsing kini memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat tenganan. dulu, orang tenganan membuat kain gringsing hanya untuk dipakai sendiri sebagai pakaian wajib upacara, namun sekarang kain gringsi juga diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
menurut orang tenganan, jumlah motiv keseluruhan 25 namun jenis-jenis yang dapat saya ketahui hanya 19 buah. data tersebut saya dapatkan dari beberapa narasumber. bagi masyarakat tenganan, motiv apapun pada kain gringsing adalah bernilai sakral. karena pada dasarnya kain gringsing merupakan kain yang yang disakralkan bagi masyarakat tenganan pegringsingan.
mbok lisa : tidak menutup kemungkin masih ada makna-makna lain dari kain tersebut. nakun karena keterbatasan waktu penelitian dan ini merupakan tahap pembelajaran saya, mungkin baru segitu saya bisa menyampaikan kak. karena data yang saya dapatkan baru sampai sana. mungkin perlu kajian lanjutan.