Pemanfaatan Kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan
(Studi Etnoarkeologi)
M Rian Indra
Eftritianto
1401405011
Desa
Tenganan Pegringsingan adalah salah satu Desa Bali Aga yang mempunyai adat
istiadat yang memegang teguh nilai-nilai yang merupakan warisan budaya asli
Bali dan menyatu dengan kepercayaan nenek moyang serta nilai agama Hindu yang
mereka anut.
Keberadaan
kerbau di Desa Tenganan Pegringsingan bisa di bilang masyarakat banyak tidak
tauh asal hewan kerbau itu dari mana dikarenakan tidak ada bukti fisik seperti
prasasti atau buku yang mencatat secara sejarah awal keberadaan kerbau-kerbau
tersebut, tetapi dari cerita turun-temurun, ,menurut I Putu Yudiana, ST seorang
Jero Kubayaan Desa ngis, bahwa kerbau-kerbau yang saat ini ada di Desa Tenganan
Pengringsingan berasal dari Desa Ngis, kerbau-kerbau di peliharan di Desa Ngisi
oleh jero Mangku Puseh (tidak diketahui secara pasti namanya). Menurut
kepercayaan setempat, jero mangku dipercaya untuk memilihara kerbau-kerbau
tersebut karena masyarakat meyakinin kerbau-kerbau tersebut merupakan
kerbau-kerbau suci yang harus dipelihara oleh orang-orang suci seperti
pemangku, suatu ketika kerbau-kerbau tersebut datang lebih sore dari pada
biasanya, Jero Mangku Puseh akhirnya memarahi, memukul, dan mencacimaki kerbau-kerbau
tersebut. Akhirnya kerbau-kerbau tersebut mengalami stress (ngambul)
meninggalkan kandang yang di di buat oleh Jero Mangku Puseh, sepanjang
hari kerbau-kerabu tersebut tetap
menyusuri hutan dan mulai tinggal bebas hutan. Semakin hari, semakin jahu
pengembaraan kerbau-kerbau tesebut. Hingga suatu ketika kerbau-kerbau itu
melwati bukit kemudian sampai di desa Tenganan Pengringsingan.
Kerbau-kerbau
di Desa Tenganan Pegringsingan dianggap sebagai kerbau suci, karena kesuciannya
maka tidak ada masyarakat memperlakukannya semena-mena, tidak berani mengusik
keberadaannya, dan paling terpenting adalah tidak memotongnya untuk dikonsumsi,
terkecuali untuk kepentingan agama. Masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan
sendiri menggunakan kerbau hanya pada pesangkepan saat sasih sambah, yaitu pada
rangkaian Upacara Megeret Pandan. Pada upacara ini kerbau dipotong dan
dagingnya digunakan untuk sesaji, pembagian kerbau sendiri harus melalu
Struktrur Organisasi Krama Desa Tenganan Pegringsingan sebagai berikut :
Struktur
Organisasi Krama Desa Tenganan Pegringsingan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusApa makna dari pemotongan kerbau pada upacara Mageret Pandan di Desa Tenganan?
BalasHapusbaik terimah kasih.
BalasHapusmakna dari pemotongan kerbau pada upacara mageret pandan di desa tenganan ini sendiri merupakan rangkaian acara mageret pandan sendiri, jadi maknanya bisa di bilang untuk memberihkan sesembah kepada para leluhur dan menjaga desa dari hal yang tidak di inginkan.
terimah kasih
Tulisannya sudah baik mas Ri Eftritianto, tapi saya ingin bertanya sedikit nih. Ada tidak jenis kerbau yang khusus untuk di jadikan sebagai upacara Magaret Pandan di sana?
BalasHapusBaik terimah kasih, atas pertanyaanya. Kalo jenis
BalasHapusKerbau yang khusus di saat upacara magaret pandan gak ada mbak. Semuanya sama saja.
Trimah kasih mbak
Baik terimah kasih, atas pertanyaanya. Kalo jenis
BalasHapusKerbau yang khusus di saat upacara magaret pandan gak ada mbak. Semuanya sama saja.
Trimah kasih mbak
Menarik sekali info nya un, untuk kerbau yang dikorbankan sebagai sesembahan tersebut, pembagian daging kerbau itu sendiri adakah kesamaan dengan pembagian hewan kurban pada agama islam? Terima kasih
BalasHapus