ETNOGRAFI
Oleh : Besra Firmansyah (1401405008)
Makna
Ragam Hias Rumah Gadang di Andiang, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat
Narasumber; Dt. Maharajo Dirajo
Wawancara ini dilakukan melalui via telfon.
Ragam Hias
Sala satu ukiran dan ragam hias sangat penting pada
ukiran Rumah Gadang adalah masalah nama ukirannya dan ragam hiasnya. Sesuai
dengan narasumber yang saya wawancarai, nama ukiran Rumah Gadang sesuai dengan
kehidupan masyarakat setempat, setiap nama ukiran melambangkan suatu gejala
hidup dalam masyarakat, gejala itu merupakan gambaran kehidupan alam ataupun
melambangkan nilai-nilai dalam masyarakat. Yang menjadi pedoman dalam
menjalankan kehidupan masyarakat di Minangkabau. Penggambaran kehidupan gejala
alam dapat dilihat dari nama-nama ukiran yang berasal dari nama binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan penggambaran system manusia dalam masyarakat dapat
dilihat dari nama ukiran di rumah adat. Dari nama-nama ukiran dan ragam hias
yang dipaparkan oleh narasumber belum semua ukiran yang terdapat di
Minangkabau. Nama-nama ukiran Rumah Gadang yang berada di Andiang, Lima Puluh
Kota ini adalah nama ukiran yang terdapat di rangkiang(lumbung padi) balai adat
dan surau saja. Tidak ada terdapat pada barang-barang perhiasan. Tetapi dari
nama-nama ukiran yang dipaparkan oleh narasumber sudah dapat di anggap sebagai
ukiran di rumah gadang.
Adapun nama-nama ukiran yang dijelaskan oleh narasumber
di antaranya flora dan fauna:
1.
Akar badaun (akar berdaun)
2.
Akar bapilin (akar berpilin)
3.
Akar Cino ( akar Cina)
4.
Akar duo Gagang ( akar dua gagang)
5.
Akar barayun (akar berayun)
6.
Akar tajumbua (akar terjulai)
7.
Akar sagagang (akar setangkai)
8.
Buah pinang
9.
Buah kaladi(umbi talas)
10.
Bungo cangkeh( bunga cengkeh)
11.
Bungo duo tangkai(bunga dua tangkai)
12.
Bungo kandu(bunga labu)
13.
Bungo panca matoari ( bunga matahari)
14.
Bungo pitulo (bunga pitulo)
15.
Bungo salema(bunga salema)
16.
Bungo lado (bunga cabe)
17.
Bungo mangarang buah (bunga akar jadi
buah)
18.
Bungo mantimun (bunga mentimun)
19.
Bungo taratai(bunga taratai)
20.
Daun bodi
21.
Daun kacang
22.
Daun puluik-puluik
23.
Daun sakek(sejenis daun anggrek hutan)
24.
Daun setangkai
25.
Daun sirih
26.
Daun kalayau(daun genjer)
27.
Kambang perak(daun perak)
28.
Kaluak paku(gulungan tanaman pakis atau
paku)
29.
Kapeh kambang(kapas kembang)
30.
Lapiak batang jerami(jalinan jerami
tikar jerami)
31.
Lumuik hanyuik(lumut hanyut)
32.
Pisang sasikek(pisang)
33.
Pucuak rabuang(pucuk rebung atau tunas
bamboo muda)
34.
Rantiang tasalek(ranting terjepit)
35.
Salimpa( rumput liar merambat)
36.
Siriah gadang(sirih besar)
37.
Tampuak manggih( tampuk manggis)
Narasumber
juga memaparkan bahwan sudah semenjak zaman dahulu keadaan alam menjadi sumber
pokok yang penting dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Kejadian-kejadian
alam menjadi pertanda untuk manusia untuk bertindak atau menjadi pedoman
sebagai menghadapi peristiwa berikutnya. Dalam usahanya itu manusia
menanggulangi alam itu sendiri segala yang pernah dialami disimpan dalam
pikiran dan digunakan lagi untuk masa yang akan dating atau tepatnya kebudayaan
yang turun-temurun.
Motif
ukiran dan motif-motif lainnya hanya ditiru untuk tujuan tertentu sesuai dengan
sifat motif tersebut, dan kadang-kadang hanya ditiru hanya sepintas. Sehingga
sangat kacau dan sulit untuk dimengerti. Tapi motif Rumah Gadang itu dibuat
oleh tangan-tangan yang trampil dan skill yang tinggi.
Pada
umumnya motif-motif yang ditiru adalah bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk binatang
dan bentuk alam lainnya. Suatu motif ukiran Rumah gadang adalah motif itu di
ambil dari benda-benda mati. Seperti pemandangan dan lainnya.
Ukiran
Rumah Gadang yang ada di Adiang initidak mempunyai pola tertentu, sesuai dengan
alam sekitarnya yang sangat sukar untuk dibuatkan pola. Pola Rumah Gadang atau
ukirannya terletak dalam pikiran tukang yang membuatnya. Dengan demikian pola
ukiran dalam Minangkabau tidak dikenal cetakan tetapi di ukir oleh tukang itu
sendiri sesuai dengan konsep adat Minangkabau. Di samping itu pola ukiran rumah
gadang sudah di atur dalam kata-kata adat yang sudah mentradisi dalam
masyarakat Minangkabau.
Narasumber
juga memaparkan terkait dengan warna Rumah Gadang yang ada di AndiangWarna yang
dipakai dalam ragam hias Rumah Gadang adalah memakai warna dasar seperti warna
coklat dan warna merah baik pada Rangkiangnya maupun pada Rumahnya. Ukiran yang
berbentuk akar memang disesuaikan dengan warna akar tersebut yaitunya warna
coklat kehitaman, begitu juga dengan warna-warna lain yang juga menyerupai
warna asli tumbuhan tersebut.
Narasumber
juga menjelaskan cara pembuatan ukiran tersebut diantaranya tukang telah
menyiapkan pahatan dalam berbagai ukuran, palu atau penokok yang terbuat dari
kayu. Sebelumnya papan yang di ukir sudah diketahui sudah licin dan halus.
Habis itu tukang harus memikirkan motif apa yang akan dibuat sesuai dengan adat
setempat.
Dari
penempatan narasumber juga memaparkan bahwa sebelum ukiran dibuat harus
dipikirkan dulu motif ukuran yang sesuai dengan tempatnya dimana ukiran itu
ditempatkan. Di samping memindahkan setiap ukiran mempunyai arti khiasan halus
dari perlambangan tata cara yang sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
untuk menempatkan ukiran itu harus tepat pada dasarnya.
Narasumber memaparkan arti dan maksud dari ukiran
tersebut
1.
Ukiran aka bapilin, artinya tindakan
orang Minangkabau tidak sia-sia saja tidak aka nada maksud dantujuan. Setiap
gerak gerik ada tujuannya, ada isinya jangan sampai ada tujuannya
2.
Kaluak paku, melambangkan bahwa tanggung
jawab seorang mamak terhadap kemenakan di rumah orang tuanya, juga sebagai
seorang ayah di rumah istrinya, dalam hal ini juga tidak terlepas dari
kemenakannya.
3.
Bungo mantimun, sesuatu itu harus
berkembang dalam hidupnya yang sesui dengan aturan-aturan adat yang berlaku
4.
Daun kacang goreng, melambangkan bahwa
segala sesuatu yang terdapat di dalam alam, sudah ada tanda-tanda yang ada di
dalam alam itu sendiri.
5.
Daun siriah, mengambarkan konsep dalam
system orang Minangkabau. Supaya kehidupan teratur dan kelangsungannya dapat
dijamin dengan baik.
Narasumber jug memaparkan motif
Fauna yang ada di Rumah Gadang di Andiang yang juga mengandung makna tersendiri
juga di antaranta;
1.
Alang Babega ( elang terbang
berputar-putar)
2.
Bada Mudiak ( iringan ikan Teri ke Hulu
Sungai)
3.
Barabah Mandi ( burung Berebah Mandi)
4.
Gajah badorong ( gajah berkelahi)
5.
Harimau dalam perangkok( harimau dalam
perangkap)
6.
Itiak pulang patang ( Itiak pulang sore)
7.
Kalalawa bagayuik ( kelelawar hinggap
bergandengan)
8.
Kaluang bagayuik ( burung kalong
hinggap)
9.
Kijang lari ( kijang berlarian)
10.
Kuciang lalok 9kucing tidur)
11.
Kuciang menyusui anaknya (kucing
menyusui anaknya)
12.
Kudo manyipak( kuda menyepak)
13.
Kunang-kunang
14.
Limpapeh(lipas besar)
15.
Labah mangirok (labah terbang)
16.
Paruah anggang ( paruh burung enggang)
17.
Ramo-ramo( kupu-kupu)
18.
Ruso balari dalam ramsam( ruso balari
dalam semak-semak)
19.
Sikua kalalawa( se ekor klelawar)
20.
Sikumbang jati ( kumbang janti)
21.
Sipaduik manyasok bungo(jenis ular
kecil)
22.
Tanduak bararak ( ulat daun yang besar)
23.
Tanduak kudo( lakuak kudo manyepak)
24.
Tupai managun
25.
Ula Gerang ( ular girang)
Motif
ukiran dan motif-motif lainnya hanya ditiru untuk tujuan tertentu sesuai dengan
sifat motif tersebut, dan kadang-kadang hanya ditiru hanya sepintas. Sulit
untuk dimengerti. Tapi motif Rumah Gadang itu dibuat oleh tangan-tangan yang
trampil dan skill yang tinggi.
Pada
umumnya motif-motif yang ditiru adalah bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk binatang
dan bentuk alam lainnya. Suatu motif ukiran Rumah gadang adalah motif itu di
ambil dari benda-benda mati. Seperti pemandangan dan lainnya.
Ukiran
Rumah Gadang yang ada di Adiang ini tidak mempunyai pola tertentu, sesuai
dengan fauna dan sifatnya. Pola Rumah Gadang atau ukirannya terletak dalam
pikiran tukang yang membuatnya. Di samping itu pola ukiran rumah gadang sudah
di atur dalam kata-kata adat yang sudah mentradisi dalam masyarakat
Minangkabau.
Narasumber
juga memaparkan terkait dengan warna fauna Rumah Gadang yang ada di Andiang.
Warna yang dipakai dalam ragam hias Rumah Gadang adalah memakai warna seperti
warna aslinya. Narasumber juga menjelaskan cara pembuatan ukiran tersebut
diantaranya tukang telah menyiapkan pahatan dalam berbagai ukuran, palu atau
penokok yang terbuat dari kayu. Sebelumnya papan yang di ukir sudah diketahui
sudah licin dan halus. Habis itu tukang harus memikirkan motif fauna apa yang
akan dibuat sesuai dengan adat setempat.
Arti dan maksud yang
dipaparkan narasumber ;
1.
Bada mudiak, melambangkan kehidupan yang
seiya sekata dalam masyarakat Minangkabau. Tidak terdapat saling bertentangan.
Hal ini terdapat dalam kata-kata adat yaitu, Bak bada sebondong mudiak, bak punai tabang bakawan, seperti bada
berbondong mudiak, seperti burung punai terbang berkawan. Mempunyai arti hidup
yang harmonis.
2.
Itiak pulang patang, menggambarkan hidup
yang santai sesudah berusaha dan bekerja dalam melaksanakan kehidupan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus bekerja keras. Membanting
tulang dalam melaksanakan kehidupannya.
3.
Kuciang lalok, sifat ini adalah
malas-malasan ketika orang Minangkabau berada di kampong halamannya
4.
Limpapeh, menggambarkan dalam Rumah
Gadang ada anak gadis yang cantik, maka diberi nama dengan limpapeh.
5.
Ramo-ramo, menggambarkan pusaka
Minangkabau tidak berubah dari zaman dahulu sampai sekarang walaupun para
pendukungnya sudah silih berganti, adat Minangkabau yang diturunkan ada 4 yaitu
I.
ADAT NAN SABANA ADAT, sesuatu yang
menurut alur dan patut, misalnya adat air membasahi, adat api menghanguskan, adat
yang berdasarkan sifat-sifat alam
II.
ADAT NAN TERADAT, adat yang berdasarkan
dengan kenyataan dan situasinya.
III.
ADAT NAN DI ADATKAN, adat yang
didasarkan atas mungfakat yang menurut alur dan patut. Sesudah disepakati
menjadi peraturan hidup yang mengikat
IV.
ADAT ISTIADAT, seluruh tradisi yang
turun-temurun dan diwariskan secara tradisionalis. Cara mewariskan adat itu
secara lisan atau melalui pengalaman niniak mamak itu sendiri dan diwariskan
kepada kemenakan.
Narasumber ;
DT. Maharaja Dirajo
Gambar ;
Bangunan
kecil di kiri-kanan merupakan bangunan untuk menyimpan padi atau lebih dikenal
dengan Rangkiang ( lumbung padi) dan menurut narasumber yang paparkan rangkiang
atau lumbung padi ini tidak harus banyak, dan Syarat rumah Gadang itu cukup
dengan hanya mempunyai satu Rangkiang saja, dan adat juga tidak membatasi. Hal
ini menunjukan bahwa suatu kaum itu mempunyai harta yang banyak, maka tidak
tertutup kemungkinan kalau Rumah Adat suatu kaum mempunyai Rangkiang yang lebih
dari satu.
Daun
si bayau-bayau, kaluak paku, limpapeh teratai, akar duo, akar bapilin, akar
tajubua, Rantiang tasalek, kapeh kambang, daun setangkai, daun siriah, tampuak
manggih, salipan dan kembang perak.
Itiak
pulang patang, ramo-ramo, kudo manyipak, alang babega, paruah anggang,labah
mangirok, kijang lari, gajah badorong, barabah mandi, sikumbang jati, tupai
managun, alang manangkok, kaluang bagayuik, bada mudiak, kunang-kunang, kuciang
lalok.
Halo besra tulisan anda sangat memberi informasi lebih kepada saya. Tulisan anda menjelaskan tentang ragam hias ruMah gadang di Kabupaten Lima Puluh Kota, namun ada yang ingin saya tanyakan mengenai rumah gadang secara umum. Nah menurut anda apa yang membedakan rumah gadang di lima puluh kota dengan rumah gadang lain di sumatera barat? Kemudian selain mengacu terhadap alam apa motif lain rumah gadang yang diambil sebagai ragam hias rumah gadang itu sendiri? terima kasih
BalasHapusArtikelnya menarik ya, semakin menambah wawasan tentang rumah tradisional Indonesia. Tapi saya ingin menanyakan, apakah tiap motif ukiran hanya diukir pada tempat-tempat tertentu saja pada bagian rumah gadang tersebut? Mohon dijelaskan ya, terima kasih ^^
BalasHapusOoo saudari chandri.. Sebenarna iya setiap motif mempunyai arti masing2 tapi mengingat narasumber yg saya wawancarai juga tidak mengetahui semua arti motif tersebut.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBaik hud saya akan menjoba menjawab pertanyaan anda... Ya memang di minang sendiri ada 3 macam rumah gadang dan masing2 mempunyai perbedaan.. Mengingat di munang ada 3 luak yg paling tua.. Yaitu luak agam. Luak limapuloh koto dan luak tanah datar.. Luak limapuluh koto seperti yg saya jelaskan di atas hud.. Dan luak agam.. Rumah gadangnya tidak mempunyai kolong dan kandang.. Dan luak tanah datar hampir sama dengan lima puloh koto.. Mempunyai kolong tetapi..dari motif hiasnya lebih banyak...
BalasHapusbiaya operator telpon mahal bes. besok2 jangan wawancara via telpon. rugi gadang namonyo. by: Hagim Ganteng
BalasHapus