LUKISAN WAYANG DI DESA KAMASAN
TINJAUAN ETNOARKEOLOGI
Abdimas
Al Ikromi Arifqi
1401405009
ABSTRACT
Ethnoarchaeology Research is a
reconstruction of archaeological context in answering the society of human life
in the past, present, and future. The objective of the study is to provide
support of anthropological data for understanding archaeological phenomena. one
aspect of Ethnoarchaeology is puppet paintings in Kamasan village, Klungkung,
Bali. question of this study is what the
raw material for making a painting, what stories contained in the painting, and
what the role of this puppet painting for the people in the village of Kamasan,
bali. This research aims to understand about painting puppet Kamasan village,
Bali. This study used a qualitative approach by interviewing residents and
painters painting puppet Kamasan village. the results of the study showed bawha
puppet paintings in Kamasan village is made of canvas colored with watercolor,
stories contained in the painting is usually the phylosoph of hindu and Bali
culture.
Keywoards
: ethnoarchaeology, puppet painting, Kamasan village.
ABSTRAK
Penelitian
etnoarkeologi merupakan konteks rekonstruksi arkeologi dalam menjawab kehidupan
manusia masyarakat zaman dahulu, kini dan akan datang. Tujuan studi
etnoarkeologi adalah pemberian dukungan data antropologi dalam membedah
fenomena-fenomena arkeologi. Salah satu aspek etnoarkeologi adalah lukisan
wayang di desa kamasan, klungkung, Bali. pertanyaan dari penelitian ini adalah
apa bahan baku pembuatan lukisan, apa cerita yang terkandung dalam lukisan, dan
apa peranan lukisan wayang ini bagi masyarakat di desa kamasan, bali.
penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang lukisan wayang di desa kamasan,
bali. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara mewawancarai
warga dan pelukis lukisan wayang di desa kamasan. hasil dari penelitian
menunjukkan bawha lukisan wayang di desa kamasan ini terbuat dari kain kanvas
yang diwarnai dengan cat air, cerita yang terdapat dalam lukisan biasanya
merupakan filosofi agama hindu dan kebudayaan Bali.
Kata
kunci
: etnoarkeologi, lukisan wayang, Desa Kamasan.
Pengantar
Desa Kamasan memiliki
kekayaan peninggalan arkeologi yang kaya dan beragam sesuai dengan nilai budaya
tiap peninggalan arkeologi. Salah satu kekayaan arkeologinya adalah lukisan
wayang yang terdapat di Kertha Gosa, Klungkung, Bali. Lukisan-lukisan tersebut
bercerita tentang perjalanan Bhima ke Swarga Loka, Diah Tantri, Sang Garuda
mencari Amerta dan Palelindon.
Di
Desa Kamasan sendiri terdapat beberapa pelukis yang bisa membuat lukisan wayang
yang sangat indah, kajian etnoarkeologi terhadap lukisan wayang di desa kamasan
ini adalah kajian arkeologi dan antropologi untuk melihat tentang apa itu
lukisan wayang beserta bahan pembuatan hingga peranan lukisan wayang ini bagi
masyarakat Desa Kamasan sendiri.
Kajian
etnoarkeologi dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kajian etnografi secara
informal memberikan informasi kepada ahli arkeologi. Disebut etnoarkeologi informal
jika pengamatan etnografi dilakukan hanya sekilas saja, tetapi dimaksudkan
untuk kepentingan arkeologi. Kedua, etnoarkeologi mengkaji secara khusus salah
satu aspek tertentu dari budaya yang masih hidup, misalnya mata pencaharian,
teknologi, atau religi. Ketiga, etnoarkeologi menelaah secara mendalam seluruh
budaya masyarakat yang masih hidup sebagai konteks penciptaan budaya bendawi.
Schiffer (Tanudirjo, 2009:3) menyatakan etnoarkeologi adalah kajian tentang
budaya bendawi dalam sistem budaya yang masih ada untuk mendapatkan informasi,
khusus maupun umum, yang dapat berguna bagi penelitian arkeologi. Etnoarkeologi
menelisik hubungan antara tindakan manusia dan budaya bendawi di masa kini
untuk menyediakan prinsip prinsip yang dibutuhkan dalam kajian tentang masa
lampau. Kajian-kajian arkeologi telah melihat potensi-potensi prasejarah kehidupan manusia dari tingkat
paling rendah hingga tingkat paling kompleks. Kajian tulisan ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan terhadap penelitian etnografi dan arkeologi dalam
menjawab khazanah keunikan lukisan wayang di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung,
Bali.
Tulisan ini mencoba
memberikan gambaran budaya kesenian di Desa Kamasan dalam rangka memberikan
informasi deskripsi bagi penelitian arkeologi lewat kajian etnoarkeologi
tentang lukisan wayang. Untuk itu, fokus permasalahan yang diangkat adalah
tentang lukisan wayang di Desa Kamasan beserta perananya untuk masyarakat desa
Kamasan itu sendiri.
Potret
Lokasi Penelitian
Dikutip dari laman web
Desa Kamasan, Kamasan merupakan desa kecil di Kabupaten Klungkung, Bali yang
berjarak 42 kilometer ke timur kota Denpasar. Desa ini dikategorikan sebagai
desa kecil karena wilayah dukungannya yang hanya seluas 249 hektar dengan
jumlah penduduknya hanya sekitar 3.400 jiwa yang tersebar dalam 10 banjar adat
atau 4 dusun desa dinas. Desa Kamasan terhampar memanjang dari utara ke selatan
dengan batasan-batasan sebagai berikut: di sebelah utara Desa Giliran; di
sebelah selatan Desa Gelgel; disebelah Timur Desa Tangkas; disebelah barat Desa
Jelantik.
Secara Administratif Desa
Kamasan masuk dalam wilayah Kabupaten Klungkung. Secara geografis desa ini
termasuk dataran rendah Pantai Klotok. Perjalanan darat dapat dilakukan dengan
menggunakan roda dua ataupun roda empat karena akses jalan sudah bagus dan
beraspal. Dari kota denpasar perjalanan memakan waktu 45 menit sampai 1 jam
tergantung arus lalu lintas yang terjadi di jalan.
Lokasi penelitian
terletak di banjar Siku, Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung, Bali. Bali memiliki
iklim tropis. Curah hujan adalah signifikan pada hampir sebagian besar bulan
dalam setahun, dan musim kemarau singkat memiliki pengaruh yang kecil. Lokasi
ini diklasifikasikan sebagai Am berdasarkan Köppen dan Geiger. Suhu rata-rata
di Bali adalah 26.8 °C.
Di Desa Seni Kamasan
ini umumnya masyarakat menjadikan bakat lukis mereka sebagai mata pencaharian
utama. Namun tidak kesemua dari masyarakat menekuni dunia painting, ada juga
beberapa masyarakat yang menekuni bidang lain seperti produksi uang kepeng dan
hiasan serta ada juga yang menekuni seni ukir selongsong peluru.
Penelitian dilakukan di
beberapa tempat yaitu rumah pelukis I Ketut Sukanta, Ni Nyoman Kicen, Galeri
Lukisan Pande Sumantra dan rumah pelukis Gusti Ngurah Dibia.
Seni lukis wayang
Kamasan merupakan karya seni tradisional yang tumbuh dan berkembang sangat
subur di Desa Kamasan, Klungkung, Bali. Seni Lukisan Wayang Kamasan memiliki
identitas sangat khas dan unik, sering digunakan sebagai pelengkap dalam ritual
agama Hindu. seni lukisan wayang kamasan juga digunakan sebagai bentuk
persembahan menyatakan sujud bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang
Widhi Wasa untuk memohon keselamatan dan ketenteraman umat. Proses
pengerjaannya sangat terikat oleh pakem, norma, serta ketentuan-ketentuan yang
bersifat mengikat dan baku. Disamping itu, dikerjakan secara kolektif dan
komunal dengan menggunakan bahan dan peralatannya diambil dari alam yang
diproses dengan teknik-teknik tradisi. Secara umum kesenian di Bali sangat erat
menyatu dengan kehidupan masyarakat yang aktivitasnya senantiasa dilekatkan
dengan kegiatan agama Hindu, adat istiadat, dan kebudayaan. Secara spesifik seni
lukisan wayang kamasan memiliki estetika sangat artistik. Di dalamnya
terkandung nilai-nilai filsafat yang bersifat simbolik tentang keseimbangan
alam yang berhubungan dengan kehidupan manusia terhadap Tuhan, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam (tri hita karana). Sebagai karya simbolik, seni
lukisan wayang kamasan digunakan sebagai pencerahan dan bayangan dalam
kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat .
Masuknya budaya Barat
di Bali ditandai dengan peristiwa Puputan Badung tahun 1906 dan Puputan
Klungkung tahun 1908. Sejak 1908 Kerajaan Klungkung dengan ibu kota Semarapura
secara resmi berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Semenjak itu budaya
modern diperkenalkan dengan sistem pemerintahan sipil sehingga muncul
elite-elite baru dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pariwisata sebagai
sektor baru. Untuk menunjukkan kepedulian Belanda terhadap masyarakat Bali yang
sangat miskin secara ekonomi, tetapi sangat kaya dengan seni dan budaya maka seni
lukisan wayang kamasan dikomersialkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Meningkatnya kunjungan
wisatawan ke Desa Kamasan pada era postmodern disertai permintaan terhadap
produk-produk souvenir yang semakin meningkat maka seni lukisan wayang kamasan
dikomodifikasi menjadi souvenir sebagai produk penunjang pariwisata.
Pada era modern ini seni
lukisan wayang kamasan dikomersialkan sebagai profesi dan dijadikan sandaran
untuk menghidupi keluarga. Sebagai profesi pelukis didorong bekerja keras untuk
menghasilkan karya-karya maksimal sehingga layak dikomersialkan. Pelukis juga
didorong dapat menunjukkan identitas diri sebagai bentuk ciri khas yang
terdapat pada seni lukisan wayang kamasan. Seperti yang dikemukakan narasumber
yang notabene seorang pelukis bahwa seni lukisan wayang kamasan ini dijadikan
sumber utama pemasukan keuangan.
I Ketut Sukanta seorang
pelukis senior di Desa Kamasan mengatakan bahwa melukis sudah dijadikan profesi
untuk mendapatkan uang berupa penghasilan sehingga dapat menafkahi keluarga.
Meskipun demikian, ketika pelukis diberikan kesempatan ngayah untuk kebutuhan
ritual, pelukis merasa mendapatkan kehormatan yang tidak ternilai harganya.
Pelukis akan menunda semua pekerjaan yang bersifat pribadi dan mendahulukan
ngayah. Pelukis dengan senang hati mendapatkan kesempatan ngayah meskipun tanpa
imbalan berupa uang (Wawancara dengan I Ketut Sukanta, 2016 di Kamasan). Pak
Sukanta juga mengatakan bahwa ia tidak anti terhadap komersialisasi karena
sadar terhadap kebutuhan hidup yang begitu tinggi sehingga memerlukan biaya
hidup untuk makan, menyekolahkan anak, membuat rumah, dll. Bahkan pelukis juga
sempat menerima mahasiswa yang ingin mempelajari seni lukisan wayang kamasan meskipun
hasilnya untuk diperjual-belikan.
Bentuk
dan Ciri Lukisan Wayang
Seperti yang dijelaskan
diatas bahwa Seni Lukisan Wayang Kamasan bukanlah sekadar karya untuk
penggalian keindahan saja, yang utama adalah sebuah karya berfungsi sebagai
benda ritual sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menunjukkan
kehidupan yang baik dan buruk. Melalui pengabdian tersebut maka diwujudkan
lukisan kisah-kisah wayang sebagai bentuk keterkaitan dengan ajaran-ajaran
agama Hindu Bali.
Pembagian bidang dalam
seni lukis wayang Kamasan juga mengacu pada ajaran Hindu tentang Tri Loka,
yaitu bawah, tengah, dan atas. Semakin tinggi dunia atau ruangnya maka dianggap
semakin suci.
Pengerjaan lukisan ini
dilakukan dengan manual dengan alat-alat tradisional seperti pensil, cat
minyak, dan kain kanvas.
Menurut Pak Ketut
Sukanta Meskipun dari segi material yang digunakan kain warna logam dirubah
menjadi kain kanvas biasa tetapi dari ciri khasnya tetap tampak dalam tema
lukisan atau ukiran yaitu menggambarkan tokoh-tokoh wayang, seperti Ramayana,
Mahabharata, Sutasoma, Panji, Lelintangan dan lain-lain. Namun meski begitu,
lukisan wayang yang dibuat oleh Pak Ketut Sukanta ini terkadang sedikit keluar
dari cirri aslinya, Pak Ketut Sukanta mengatakan bahwa seni itu relative, jadi
terkadang ia membuat lukisan ini berdasarkan judul yang dipesan, juga terkadang
lukisan yang dibuat oleh Pak Sukanta mengikuti suasana hati, Beliau menerangkan
biasanya hanya melukis dengan warna biru saja, atau merah saja. Namun tetap
pada jalan cerita pewayangan yang notabene cirri asli lukisan kamasan.
Beliau selanjutnya
mengatakan bahwa isi dari lukisan ini adalah cerita-cerita pewayangan yang
dirangkum dan di ambil intinya saja, karena sangat tidak mungkin untuk memuat
satu cerita penuh kedalam sebuah kanvas. Namun Pak Sukanta juga mengutarakan
bahwa boleh saja memuat semua cerita dalam satu kanvas selagi itu cukup dan
mampu. Beliau juga melanjutkan bahwa isi
dari lukisan wayang ini tergantung pada dimana lukisan ini diletakkan yang
mengacu pada konsep hindu yaitu Tri Loka.
Tidak ada tokoh khusus
yang dijadikan sebagai ciri khas lukisan wayang, semua wayang bisa dijadikan
ide untuk lukisan wayang ini, tergantung judul apa yang akan diambil, sehingga
lukisan wayang ini luas ceritanya dan tidak terpatok pada wayang itu-itu aja.
Peranan
Lukisan Wayang
Lukisan wayang tidak
hanya memiliki keindahan dan keunikan saja untuk memanjakan mata, tetapi
dibalik itu semua lukisan wayang juga mempunyai fungsi lain. Jika dilihat dari
segi peranan lukisan wayang sebenarnya terdapat 2 peranan yang dimiliki oleh
lukisan wayang ini yaitu untuk sarana ibadah dan sarana ekonomi.
Dalam perananya untuk
sarana beribadah biasanya lukisan ini diletakkan di pura-pura dan tempat suci
yang dipersepsikan sebagai seni persembahan yang bersifat simbolik. Karena
seperti yang kita tahu bahwa makna dalam lukisan ini biasanya berisi tentang
ajaran agama hindu dan tokoh pewayangan. Selain itu lukisan wayang juga
digunakan sebagai pelengkap dalam ritual agama Hindu. Lukisan wayang juga
digunakan sebagai bentuk persembahan menyatakan sujud bakti terhadap Tuhan Yang
Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa untuk memohon keselamatan dan ketenteraman
umat.
Lebih jauh lagi,
lukisan wayang juga digunakan untuk menunjang kebutuhan ekonomi di desa Kamasan
ini, dan tak jarang juga lukisan wayang ini dijadikan mata pencaharian
satu-satunya oleh warga. Di desa Kamasan sendiri sudah terdapat banyak artshop
yang memajang lukisan wayang untuk diperjualbelikan. Contohnya adalah di galeri
milik pak Ketut Sukanta. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan beliau mengungkapkan
bahwa melukis merupakan satu-satunya mata pencaharian yang dimiliki oleh pak
Ketut Sukanta. Beliau melanjutkan bahwa minat para pecinta seni terhadap
lukisan wayang ini sangat tinggi sehingga mendorong beliau untuk menekuni
pekerjaan menjadi seorang pelukis. Pak Ketut Sukanta sendiri mendapat keahlian
melukis dari nenek moyang terdahulunya dan dikembangkan melalui belajar
(otodidak).
Sangat jelas sekali
bahwa lukisan wayang ini begitu berarti bagi masyarakat desa Kamasan, sehingga
banyak sekali artshop dan galeri yang memamerkan dan memperjualbelikan lukisan
wayang tersebut. Disamping diperjualbelikan, menurut narasumber lukisan wayang
ini juga sering kali dipinjam untuk dipamerkan di suatu pertunjukkan pameran
budaya yang diselanggarakan di berbagai kota di Indonesia Dan hal ini sangat
membantu karena dapat memperkenalkan lukisan wayang desa Kamasan ke masyarakat
luas.
Simpulan
Lukisan wayang desa Kamasan merupakan
lukisan khas yang dibuat oleh penduduk lokal desa Kamasan. Lukisan Wayang dibuat
di sebuah kain kanvas dan di gambar secara manual menggunakan pensil, dan cat
minyak. Gambar yang terdapat di lukisan kamasan biasanya adalah cerita
pewayangan seperti Ramayana, selain itu cerita yang terdapat dalam lukisan
wayang ini adalah tentang ajaran agama Hindu. Lukisan wayang desa Kamasan ini
memiliki 2 peranan yaitu peranan untuk kepentingan agama dan peranan untuk
kepentingan ekonomi.
Lampiran Foto
Lampiran Foto
Sumber :
Wawancara di Desa Kamasan, Klungkung,
Bali (16 desember 2016), dengan beberapa sumber informan, yaitu :
1. I Ketut Sukanta (Painter)
2. Ni Nyoman Kicen (Painter)
3. Galeri Lukisan Pande Sumantra
4. Gusti Ngurah Dibia (Painter)
4. Gusti Ngurah Dibia (Painter)
jika disebutkan peranan seni lukisan wayang bagi masyarakat Kamasan adalah pada bidang keagamaan dan ekonomi, apakah sebagian besar masyarakat Kamasan menggeluti bidang sebagai pelukis? kemudian apabila digunakan sebagai sarana keagamaan, apakah memiliki perbedaan dengan lukisan wayang yang umumnya diperjual-belikan? mohon penjelasannya ^^
BalasHapusterimakasih saudari chandri atas komentarnya :).
Hapusseperti yang saya telah lihat dan melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber yang merupakan painter (pelukis) memang sebagian besar masyarakat kamasan adalah seniman lukis. namun tidak semuanya. seperti yang saya temui di desa kamasan sendiri banyak juga pengrajin seni di bidang lainya seperti pengrajin uang kepeng dan pengrajin ukir selongsong peluru. jadi meskipun desa kamasan terkenal dengan lukisannya namun tidak semua masyarakatnya menggeluti dunia perlukisan.
kemudian, seperti apa yg saya jelaskan diatas. lukisan kamasan tidak memiliki pembedaan khusus baik itu digunakan sebagai sarana ibadah maupun diperjual-belikan. semua sama, namun mungkin untuk lukisan yang diperjual-belikan bisa di custom atau dibuat sesuai pesanan.
demikian yang bisa saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjawab semua keraguan dan kebingungan yang melanda saudari.
terimakasih. ^^
Hai abdimas, saya cukup puas membaca tulisan anda. Namun alangkah baiknya mungkin anda bisa memberikan sedikit penjelasan mengenai salah satu contoh isi lukisan yang mengacu pada ajaran agama Hindu Tri Loka. Terima Kasih
BalasHapusterimakasih saudara huda atas komentarnya. :)
Hapusseperti yang telah saya jelaskan di atas bahwasanya Pembagian bidang dalam seni lukis wayang Kamasan juga mengacu pada ajaran Hindu tentang Tri Loka, yaitu bawah, tengah, dan atas. Semakin tinggi dunia atau ruangnya maka dianggap semakin suci. dalam hal ini contohnya adalah lukisan atau ukiran yang menggambarkan tokoh-tokoh wayang, seperti Ramayana, Mahabharata, Sutasoma, Panji, Lelintangan dan lain-lain.
demikian yang bisa saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjawab semua keraguan dan kebingungan yang melanda saudari.
terimakasih. ^^