Jumat, 30 Desember 2016

Cara Pembuatan Kain Songket Manggarai, Flores, NTT

CARA PEMBUATAN KAIN SONGKET MANGGARAI, FLORES, NTT
OLEH : 
LIDIA BIAN
1401405032
ARKEOLOGI


Cara Membuat Kain Songket Manggarai Flores NTT
            Di Manggarai Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kampung sentra pembuatan kain tenun adat Manggarai. Selain cara pembuatannya yang unik, ragam motifnya pun tidak sama dengan motif kain tenun di Flores pada umumnya. Kaum hawa di kampung tersebut menenun tidak di rumah masing-masing, namun karya seni tradisional itu dikerjakan secara bersama-sama di halaman rumah adat kampung. Cara kerja seperti itu sudah berlangsung turun temurun.Seperti yang bisa di lihat di kampung Ruum Desa Kole Kecamatan Satar Mese, kaum hawa tidak menenun di rumah masing-masing, namun pekerjaan menenun berpusat di halaman rumah adat secara bersama-sama. Kebiasaan menenun seperti ini sudah berlangsung turun temurun. Ragam corak dan motif kain tenun kampung Ruum juga sangat berbeda rupa dengan motif songket umumnya. Jika pada kain songket Manggarai dan kain tenun di Nusa Tenggara Timur, umumnya motif kain berukuran besar dengan warna dominan kuning emas dan merah, namun pada kain tenun di desa Kole ini, ukuran motif sangat kecil dan didominasi warna pasangan hitam putih serta merah hijau.Kain tenunan di kampung ini dikenal dengan sebutan kain Todo, yakni kain kebesaran yang biasa dipakai Raja Todo dulu. Kain berbahan sutera ini konon terbuat dari kapas yang diolah langsung oleh penenun. Namun sekarang para penenun kain Todo hanya mengandalkan benang lungsin berbahan sutera. Cara kerjanya mirip dengan proses tenun Silungkang.Proses pembuatan kain tenun Todo sangat rumit bahkan lebih sulit dari membuat kain tenun pada umumnya. Sebab selain benang yang dipakai untuk membuat tenunan kain todo berukuran sangat kecil ragam motif dan coraknya semua berukuran kecil dan tidak memiliki simbol tertentu. Motif pada kain todo semuanya misteri.Jika dicermati secara seksama, di kain tenun todo mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya.nilai-nilai itu antara lain, kesakralan, keindahan, ketekunan, ketelitian dan kesabaran.Untuk menyelesaikan satu helai kain penenun rata-rata menghabiskan waktu empat hari hingga satu minggu, tergantung tingkat kerumitan kerja. Sementara harga jual kain tenun berkisar 150 Ribu hingga 350 Ribu bahkan yang paling mahal dibandrol 2 Juta Rupiah.Minimnya perhatian pemda setempat membuat pemasaran kain tenun todo hanya mengandalkan sistim jual beli langsung baik oleh kelompok pedagang kain tenun maupun pembeli perorangan yang datang langsung ke kampung Ruum. Para petenun kapung ruum berharap agar Pemda Manggarai dapat membantu permodalan bagi usaha tenun di kampung yang berpenduduk tidak lebih dari 25 kepala keluarga ini.


Seni kriya songke sarat dengan nilai dan simbol. Warna dasar hitam pada songke melambangkan sebuah arti kebesaran dan keagungan orang Manggarai serta kepasrahan bahwa semua manusia akhirnya akan kembali pada Yang Maha Kuasa. Sedangkan aneka motif bunga pada kain songke mengandung banyak makna sesuai motif itu sendiri seperti motif wela kawong bermakna interdependensi antara manusia dengan alam sekitarnya.
Motif ranggong (laba-laba) bersimbol kejujuran dan kerja keras. Motif ju’i (garis-garis batas) pertanda keberakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu ada akhirnya, ada batasnya. Motif ntala (bintang) terkait dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak,  atau doa porong langkas haeng ntala, yang artinya  supaya senantiasa tinggi sampai bintang.Maksudnya, agar senantiasa sehat, umur panjang, dan memiliki ketinggian pengaruh lebih dari orang lain dalam hal membawa perubahan dalam hidup.
Motif wela runu (bunga runu), yang melambangkan sikap bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini.
Sarung dari Manggarai yang lazim disebut Songket mengandung banyak makna dari motif-motif yang ada seperti: Motif Bunga, dalam bahasa Manggarai Wela kawong, bermkana Interpendensi antara manusia dengan alam di sekitarnya. Motif Laba-laba/ Ranggang, Bersimbol kejujuran dan kerja keras, Dan menegaskan ketertautan antara rumah dan kebun/ Gendang one agu lingko pe'ang. struktur atap rumah menyerupai jaring laba-laba, demikianpun pembagian tanah untuk perkebunan juga menyerupai sarang laba-laba. simbol ini memberi makna bahwa orang manggarai selalu menjaga kesatuan antara rumah tempat berteduh dengan kebun/ladang/sawah tempat mendapatkan nafkah.Hal ini juga mengedepankan peran perhitungan (matematis) nenek moyang orang Manggarai yang sudah berkembang sejak zaman dahulu kala. 
Proses pembuatan selembar kain Songket yang seperti di atas membutuhkan waktu yang lama 6 - 7 bulan, karena membutuhkan sinar matahari yang panas untuk mengeringkan warna yang asli/ Natural Colour yang direndam selama seminggu di dalam periuk tanah yang telah tersedia warnanya. kadang tergantung dari benang dan warnanya, jika benang dari toko/Pabrik direndam kedalam warna Wantex atau chemical colour mungkin hanya satu malam dan jika benang asli dari kapas yang hasil pintalan lalu direndam kedalam warna ramuan tradisional membutuhkan waktu seminggu sampai warnanya benar-benar meresap kedalam benang kapas tersebut.Jadi tidak heran jika penduduk kampung menjual selembar kain Songket yang asli dari benang kapas dengan harga 3 - 5 juta rupiah, sementara kain Songket yang terbuat dari warna wantex harganya 700 - 950 Ribu rupiah, dan ini banyak kita jumpa di pasar-pasar lokal di Manggarai Barat dan kadang para penjual datang kerumah-rumah penduduk, hotel dan losmen untuk menawarkan kain Songket kepada tamu-tamu hotel.Saat ini sudah jarang sekali kita menemukan kain Songket dari benang kapas, karena kapas juga sudah menjadi barang termahal di Manggarai Barat, Jadi jika kita ingin mendapatkan Kain Songket yang asli dengan motif seperti di atas, kita harus memesannya langsung ke penduduk/pengrajin di kampung-kampung yang lagi aktif menenun, dan ada kemungkinan harganya pun berbeda, bisa lebih mahal atau lebih murah tergantung negosiasi.Penduduk asli pulau Flores yang mendiami wilayah Manggarai Flores Barat selalu mengenakan kain Songket setiap hari, baik dalam upacara adat maupun upacara kenegaraan, dalam bentuk Jas, Topi dan Rompi. Keseragaman ini akan terlihat jelas jika ada acara tari caci atau tandak dan penyambutan para pejabat tinggi negara.

Motif kain songket Manggarai





motif kain songket manggarai
















\





                                          

6 komentar:

  1. apa makna motif kain songket dan juga mengapa kain songket dijadikan kain tradisional yang mencirikhaskan daerah manggarai?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih motif kain songke itu mencangkup:: Motif Bunga, dalam bahasa Manggarai Wela kawong, bermkana Interpendensi antara manusia dengan alam di sekitarnya. Motif Laba-laba/ Ranggang, Bersimbol kejujuran dan kerja keras, Dan menegaskan ketertautan antara rumah dan kebun/ Gendang one agu lingko pe'ang. struktur atap rumah menyerupai jaring laba-laba, demikianpun pembagian tanah untuk perkebunan juga menyerupai sarang laba-laba. simbol ini memberi makna bahwa orang manggarai selalu menjaga kesatuan antara rumah tempat berteduh dengan kebun/ladang/sawah tempat mendapatkan nafkah.
      terus kain songket di jadikan sebagai kain tradisional manggarai karena menurut historisnya sejak lahirnya sistem kerajaan diperkirakan masyarakat telah mengenal adanya seni budaya yang tinggi dan diapresiasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Salah satu nya ialah kemampuan menenun. Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun demi menjaga agar tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Tiap inidividu diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. demian halnya dengan kain songket manggarai yangt merupakan kain asli tenun masyarakat adat manggarai yang di wariskan secara turun temurun dan di jadikan sebagai kain adat manggarai flores NTT

      Hapus
  2. tulisannya sudah cukup baik, mungkin bisa ditambahkan mengenai alat-alat yang digunakan masih tradisional atau modern, kemudian mengapa prosesnya dilakukan oleh kaum hawa dan mengapa pekerjaannya dilakukan dihalaman kampung adatnya?

    BalasHapus
  3. Bermanfaat sekali informasi nya, mungkin bisa ditambahkan gambar terkait cara pembuatan kain songket nya. Terima kasih 😀

    BalasHapus
  4. makasi atas sanggahannya teman irfan dan Maulana dan juga semua para pembaca, sebelumnya penulis memohon maaf atas kekeliruan penulis berkaitan denga judul artikel saya, sebenarnya judul artikel di atas di ganti degan "ARTI SIMOLIK PADA MOTIF SONGKET MANGGARAI FLORES NTT" terima kasih banyak. tetapi saya akan menjawab pertanyaan dari teman Irfan tentang proses pembuatan kain oleh kaum hawa karena kaum hawa atau perempuan keseharian mereka di rumah banyak waktu luang bagi mereka u8ntuk menenun dan juga mengapa kerjanya di depan rumah adadt karena kain songket merupakan kain adat jadi sebenarnya kain songket juga bahan bagian benda adat jadi kerja juga di depan atau di dalam rumah adat. terima kasih

    BalasHapus
  5. bagaimana proses pewarnaan benangnya,, apakah menggunakan benang instant dari toko atau buatan sendiri. dan benang yang biasa mereka gunakan itu benang apa?
    terima kasih

    BalasHapus