Kamis, 29 Desember 2016

Tata Cara Pemakaman di Desa Trunyan



“Tata Cara Pemakaman Di Desa Trunyan”

                                                                       OLEH :
SENDY SAFITRI PAULINA (1401405038)



A.    Latar Belakang
Kebudayaan masyarakat desa Trunyan pada umumnya beragama Hindu, tetapi beda sekali dengan budaya Hindu pada umumnya dari segi sesajen, pemakaman, dan makna di hari suci seperti galungan dan kuningan,  apabila ada kerabat yang meninggal jenazah tidak dikuburkan atau dikremasi selayaknya seperti adat kebiasaan yang dilakukan oleh agama Hindu, tetapi desa Trunyan tersebut memiliki perbedaan  pada tata cara pemakaman, masyarakat Desa Trunyan menyimpan jenazah yang telah meninggal di atas tanah dengan ditutupi kain putih dan bambu berbentuk prisma, dan jenzah disimpan didekat pohon cendana yang memiliki wangi harum.

B.     Tujuan
1.      untuk mengetahui tata cara kebudayaan desa Trunyan dengan melihat pemakamannya

C.     Rumusan Masalah
1.      Tata cara pemakaman di desa Trunyan





 PEMBAHASAN

1.  Desa Trunyan Terletak di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Trunyan
Kebudayaan masyarakat desa Trunyan pada umumnya beragama Hindu, tetapi beda sekali dengan budaya Hindu pada umumnya dari segi sesajen, pemakaman, dan makna di hari suci seperti galungan dan kuningan, apabila ada kerabat yang meninggal jenazah tidak dikuburkan atau dikremasi selayaknya seperti adat kebiasaan yang dilakukan oleh agama Hindu, tetapi desa Trunyan tersebut memiliki perbedaan  pada tata cara pemakaman, masyarakat Desa Trunyan menyimpan jenazah yang telah meninggal di atas tanah dengan ditutupi kain putih dan bambu berbentuk prisma, dan jenzah disimpan didekat pohon cendana yang memiliki wangi harum, jadi jenazah tidak mengeluarkan bau tidak sedap. Sebelum melakukan pemakaman, masyarakat desa Trunyan melakukan upacara yang disebut dengan Mepasah. Pengaruh dari upacara tersebut yang didapat oleh masyarakat tidak ada, karena upacara tersebut sudah terjadi sejak dulu dan sudah menjadi kebiasaan adat di desa Trunyan, tetapi upacara mepasah ini sangat berpengaruh terhadap keluarga terdekat jenazah dan sangat  berpengaruh terhadap jenazah yang telah meninggal. Pengaruh terhadap jenazah yang telah meninggal adalah agar perjalanan menuju tempat akhir tidak ada halangan.
Tidak terdapat symbol symbol di upacara tersebut, Cuma pada pemetaan penguburan dibedakan yang mempunyai jabatan di masyarakat dan masyarakat biasa, perbedaan tersebut ialah jika yang meninggal mempunyai jabatan tempat penguburannya dibagian depan, dan jika masayarakt biasa yang meninggal dikuburkan dibelakang jenazah yang mempunyai jabatan, pemetaan penguburan tersebut adalah 3 dibagian depan (paling timur) yang diperuntukan orang orang yang mempunyai jabatan, 4 dibagian belakang yang diperuntukan masyarakat biasa.
Apabila tempat pemakaman tersebut penuh, jenazah yang ada dikuburan atau jenazah lama tersebut digeserkan dan dipindahkan  kesebelah kuburannya dan dikuburkan lagi jenazah baru. Dan jenazah lama disatukan dengan jenazah lainnya. Guna pemetaan penguburan tersebut agar mudah untuk keluarga yang ingin berziarah,
Semua masyarakat bisa membawa bekal kubur, dilihat dari keseharian jenazah tersebut menyukai apa ya itulah yang dibawa untuk bekal kubur. Orinetasi jenazah ke utara, dan tekniknya terbujur. Terdapat 2 filosofi yaitu adat dan religious.
Sebelum pemakaman  jenazah tersebut harus memberikan sajen sajen sampai 12 hari, baru lepas dari keluarganya dan boleh masuk ke pura, lalu dikuburkan
Tata cara pemakaman yaitu:
1.      Meninggal semalem besok paginya membuat sajen dan disimpan disamping jenazah.
2.      Mementukan hari yg bagus
3.      Buatkan ancak saji yg terbuat dari bambu
4.      Dimandikan dan dibersihkan
5.      Ketika sudah bersih di ikat dan langsung dibawa kepemakamaan
Orang yang mempunyai jabatan menggunakan kain putih dan ditutup dengan payung diatas makamnya, jika orang biasa menggunakan batik.
     Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa desa Trunyan memiliki perbedaan dengan budaya hindu pada umumnya, dilihat dari pemakamannya mempunyai perbedaan dengan pemakaman budaya hindu. Pemakaman desa Trunyan dilakukan dengan meletakan jenazah di atas tanah dan ditutup dengan bambu, sebelum melaqkukan pemakaman dilakukan upacara yang disebut Mepasah, upacara tersebut dilakukan agar pada saat menuju pemakaman tidak ada halangan.


 Lampiran Foto
penulis bersama dengan narasumber Bapak I Wayan Arjana













4 komentar:

  1. hai sendy, tulisan yg kamu tulis sangat bagus dan menambah wawasan. semua yang dipaparkan cukup jelas sehingga informasi yang masuk bisa mudah diterima.

    namun ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan, bekal kubur seperti apa yg dibawa oleh orang yang meninggal? apakah ada klasifikasi tersendiri menurut kasta atau lain-lain?

    BalasHapus
  2. Informasi yang disampaikan diatas sudah cukup baik dan jelas. tapi ada satu pertanyaan bagi saya, bisakah dijelaskan mengenai orientasi jenazahnya, mengapa orientasinya ke arah utara?

    BalasHapus
  3. sendy, berkaitan dengan pola pemakaman di trunyan ada satu hal yang menarik bagi saya, mengapa masyarakat trunyan yang identik dengan agama hindu tidak melakukan ngaben pada umumnya?

    BalasHapus
  4. Sudah bagus informasi nya sen, mungkin untuk gambar pemakamannya bisa dicantumkan, untuk lebih jelasnya. Terima kasih. 😀

    BalasHapus