“Tata Cara Pemakaman Di Desa
Trunyan”
OLEH :
SENDY SAFITRI PAULINA (1401405038)
A. Latar
Belakang
Kebudayaan
masyarakat desa Trunyan pada umumnya beragama Hindu, tetapi beda sekali dengan
budaya Hindu pada umumnya dari segi sesajen, pemakaman, dan makna di hari suci
seperti galungan dan kuningan, apabila
ada kerabat yang meninggal jenazah tidak dikuburkan atau dikremasi selayaknya
seperti adat kebiasaan yang dilakukan oleh agama Hindu, tetapi desa Trunyan
tersebut memiliki perbedaan pada tata
cara pemakaman, masyarakat Desa Trunyan menyimpan jenazah yang telah meninggal
di atas tanah dengan ditutupi kain putih dan bambu berbentuk prisma, dan jenzah
disimpan didekat pohon cendana yang memiliki wangi harum.
B. Tujuan
1. untuk
mengetahui tata cara kebudayaan desa Trunyan dengan melihat pemakamannya
C. Rumusan
Masalah
1. Tata
cara pemakaman di desa Trunyan
PEMBAHASAN
1. Desa Trunyan Terletak di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
Trunyan
Kebudayaan masyarakat desa
Trunyan pada umumnya beragama Hindu, tetapi beda sekali dengan budaya Hindu
pada umumnya dari segi sesajen, pemakaman, dan makna di hari suci seperti
galungan dan kuningan, apabila ada kerabat yang meninggal jenazah tidak
dikuburkan atau dikremasi selayaknya seperti adat kebiasaan yang dilakukan oleh
agama Hindu, tetapi desa Trunyan tersebut memiliki perbedaan pada tata cara pemakaman, masyarakat Desa
Trunyan menyimpan jenazah yang telah meninggal di atas tanah dengan ditutupi
kain putih dan bambu berbentuk prisma, dan jenzah disimpan didekat pohon
cendana yang memiliki wangi harum, jadi jenazah tidak mengeluarkan bau tidak
sedap. Sebelum melakukan pemakaman, masyarakat desa Trunyan melakukan upacara
yang disebut dengan Mepasah. Pengaruh dari upacara tersebut yang didapat oleh
masyarakat tidak ada, karena upacara tersebut sudah terjadi sejak dulu dan
sudah menjadi kebiasaan adat di desa Trunyan, tetapi upacara mepasah ini sangat
berpengaruh terhadap keluarga terdekat jenazah dan sangat berpengaruh terhadap jenazah yang telah
meninggal. Pengaruh terhadap jenazah yang telah meninggal adalah agar
perjalanan menuju tempat akhir tidak ada halangan.
Tidak terdapat symbol symbol
di upacara tersebut, Cuma pada pemetaan penguburan dibedakan yang mempunyai
jabatan di masyarakat dan masyarakat biasa, perbedaan tersebut ialah jika yang
meninggal mempunyai jabatan tempat penguburannya dibagian depan, dan jika
masayarakt biasa yang meninggal dikuburkan dibelakang jenazah yang mempunyai
jabatan, pemetaan penguburan tersebut adalah 3 dibagian depan (paling timur)
yang diperuntukan orang orang yang mempunyai jabatan, 4 dibagian belakang yang
diperuntukan masyarakat biasa.
Apabila tempat pemakaman tersebut penuh,
jenazah yang ada dikuburan atau jenazah lama tersebut digeserkan dan
dipindahkan kesebelah kuburannya dan
dikuburkan lagi jenazah baru. Dan jenazah lama disatukan dengan jenazah lainnya.
Guna pemetaan penguburan tersebut agar mudah untuk keluarga yang ingin
berziarah,
Semua masyarakat bisa membawa bekal kubur,
dilihat dari keseharian jenazah tersebut menyukai apa ya itulah yang dibawa
untuk bekal kubur. Orinetasi jenazah ke utara, dan tekniknya terbujur. Terdapat
2 filosofi yaitu adat dan religious.
Sebelum pemakaman jenazah tersebut harus memberikan sajen sajen
sampai 12 hari, baru lepas dari keluarganya dan boleh masuk ke pura, lalu
dikuburkan
Tata cara pemakaman yaitu:
1. Meninggal
semalem besok paginya membuat sajen dan disimpan disamping jenazah.
2. Mementukan
hari yg bagus
3. Buatkan
ancak saji yg terbuat dari bambu
4. Dimandikan
dan dibersihkan
5. Ketika
sudah bersih di ikat dan langsung dibawa kepemakamaan
Orang yang mempunyai jabatan menggunakan kain
putih dan ditutup dengan payung diatas makamnya, jika orang biasa menggunakan
batik.
Kesimpulan
Berdasarkan
makalah diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa desa Trunyan memiliki
perbedaan dengan budaya hindu pada umumnya, dilihat dari pemakamannya mempunyai
perbedaan dengan pemakaman budaya hindu. Pemakaman desa Trunyan dilakukan
dengan meletakan jenazah di atas tanah dan ditutup dengan bambu, sebelum
melaqkukan pemakaman dilakukan upacara yang disebut Mepasah, upacara tersebut
dilakukan agar pada saat menuju pemakaman tidak ada halangan.
Lampiran Foto
penulis bersama dengan narasumber Bapak I Wayan Arjana |
hai sendy, tulisan yg kamu tulis sangat bagus dan menambah wawasan. semua yang dipaparkan cukup jelas sehingga informasi yang masuk bisa mudah diterima.
BalasHapusnamun ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan, bekal kubur seperti apa yg dibawa oleh orang yang meninggal? apakah ada klasifikasi tersendiri menurut kasta atau lain-lain?
Informasi yang disampaikan diatas sudah cukup baik dan jelas. tapi ada satu pertanyaan bagi saya, bisakah dijelaskan mengenai orientasi jenazahnya, mengapa orientasinya ke arah utara?
BalasHapussendy, berkaitan dengan pola pemakaman di trunyan ada satu hal yang menarik bagi saya, mengapa masyarakat trunyan yang identik dengan agama hindu tidak melakukan ngaben pada umumnya?
BalasHapusSudah bagus informasi nya sen, mungkin untuk gambar pemakamannya bisa dicantumkan, untuk lebih jelasnya. Terima kasih. 😀
BalasHapus